Skip to main content

Posts

Mengunjungi Bazar Buku di Kota Medan (Juli)

Bulan Juli-Agustus merupakan dapat dikatakan sebagai  bulan buku bagiku. Bagaimana tidak, pada kedua bulan tersebut aku telah mendatangi 2 bazar buku di kotaku, Medan, yaitu Festival Buku di Lapangan Merdeka Medan pada bulan Juli dan Bazar Buku di Perpustakaan Daerah Sumatera Utara. Berikut akan kuuraikan kisahku di masing-masing acara tersebut. Bazar Buku Kita awali dari Festival Buku di Lapangan Merdeka. Sebenarnya kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka Perayaan HUT Kota Medan yang ke-427. Dari nama kegiatannya saja aku sudah sangat 'excited' untuk menghadirinya. Bagaimana tidak,  'festival' adalah satu kata yang memiliki makna yang sangat 'wah' bagiku. Hingga aku pun sudah membayangkan suatu kegiatan yang meriah dan ramai.  Namun,  nyatanya kegiatan yang kami datangi ini tak lebih dari bazar buku yang sunyi. Memang ada kegiatan perlombaan 'story telling' yang diadakan,  tetapi perlombaan itu pun terkesan sunyi.   Festival Buku Kota M

Hilangkan Stress dengan Berkebun

Pada suatu kesempatan, aku membaca beberapa artikel yang menyatakan bahwa berkebun ternyata dapat menghilangkan stress. Aku pun merasa tertarik, mengingat berkebun adalah salah satu hobiku. Hal tersebut merupakan sebuah temuan ilmiah dari beberapa universitas, salah satunya universitas di Canada yang telah mempublikasikan hasil temuan mereka itu pada  Proceedings of the National Academy of Sciences  (seperti dilansir pada situs cbcnews). Hasil temuan tersebut menyatakan bahwa pada saat kita berkebun terdapat bakteri mycobacterium vaccae yang berperan dalam menurunkan stress. Para ilmuan tersebut mengembangbiakkan bakteri vaccae terlebih dahulu dan kemudian menyuntikkan bakteri yang telah mati ke tikus percobaan, seperti vaksin. Dan hasil yang mencengangkan pun terlihat yaitu si tikus tersebut dapat mengatasi stress. Jason Tetro, seorang mikrobiologis dari Toronto yang terlibat dalam penelitian ini menyatakan bahwa bakteri tersebut dapat meningkatkan sistem imun dari tikus dan sistem i

The Trip: Jelajah Medan (Taman Ahmad Yani)

Setelah penjelajahan yang dilakukan di Taman Beringin Medan, kali ini aku dan ibuku merasa penasaran dengan Taman Ahmad Yani, jadi langsung saja pada liburan kali ini kami menyempatkan diri untuk menyambanginya. Monumen Ahmad Yani di Taman Ahmad Yani Medan Taman Ahmad Yani yang terletak di Jalan Imam Bonjol (atau tepat di depan Kampus Harapan Medan) terkenal dengan Tugu Ahmad Yani. Tugu ini adalah sebuah patung setinggi 11 meter yang menggambarkan Jenderal Ahmad Yani yang menoleh ke arah kiri dan tangan yang menunjuk ke arah kanan.  Seperti yang kubaca di situs detiktravel , ternyata makna dari posisi patung tersebut adalah seruan kepada kaum garis keras (PKI pada saat itu)  untuk berpindah haluan ke kaum kanan. Walau sekarang PKI sudah 'tidak ada' di Indonesia, tetapi bagiku pendirian tugu ini sebenarnya mempunyai fungsi lain, yaitu memberikan makna bahwa siapa saja yg berada di garis kiri (Orang-orang yang terkena pengaruh setan untuk melaku

The Trip: Jelajah Medan (Taman Beringin)

Sedari kecil aku sangat jarang pergi ke taman, bahkan kata 'taman' terdengar sangat spesial untukku, apalagi taman bunga. Beberapa taman di Kota Medan yang penah kudatangi ketika SMA cukup mengesankanku, namun tetap saja tak banyak bunga kulihat dan cukup banyak sampah bertebaran.  Ketika tinggal di negeri orang, aku sangat terkesan dengan niat pemerintahnya untuk membangun berbagai lahan hijau di daerahnya hingga taman menjadi hal yang biasa di sana (tentunya dengan kualitas yang baik pula). Aku juga terkesan dengan perilaku masyarakatnya yang menjaga taman-taman tersebut dari berbagai kekotoran. Jadi, kali ini aku penasaran dengan sebuah taman di Medan yang biasanya kulewati ketika pergi kerja, namanya Taman Beringin atau disebut juga Taman Sudirman yang terletak di Jalan Cik Di Tiro Medan. Tamannya memang tidak terlalu besar tetapi kelihatan sejuk dengan berbagai pohon rindang. Satu hal yang menarik mataku adalah desain gapura dari pohon bambunya (mungkin aku terlal

Catatan Resep: Martabak Mie, Makanan Favorit yang Mudah Dibuat

Martabak mie adalah salah satu makanan favoritku sejak dahulu. Pertama kali aku mencoba resep ini adalah saat SMP, temanku yang memperkenalkannya denganku. Saat aku berada di Taiwan, aku juga sering membuatnya, bahkan hampir setiap hari di bulan Ramadhan sebagai makanan sahur. Martabak mie yang paling gampang dibuat adalah yang terdiri dari mie instan dan telur saja tanpa tambahan perencah lainnya, namun martabak yang lebih enak dapat dihasilkan dari tambahan daun sop dan daun pre serta bawang bombay. Apalagi jika ditambah bawang putih, akan terasa lebih nikmat. Kali ini, aku akan menuliskan catatan resep memasak martabak mie dengan berbagai perencah, berikut bahan-bahannya: 1. Mie Instan satu bungkus 2. Telur 2 butir 3. Daun Pre 4. Daun Sop 5. Bawang Merah/Bawang Bombay 6. Bawang Putih 7. Cabe dan Tomat Giling 8. Irisan Wortel (Optional) 9. Irisan buncis (Optional) Bahan-bahannya Penampakan bahan-bahan setelah diproses Cara membuatnya: 1. Re

Ceritaku Dalam Ber-DIY

Pertengahan Juli 2017 yang lalu membawa pemikiran baru memberikan suatu awalan bagiku untuk kembali menekuni hobi yang lama sudah tidak terkerjakan, yaitu menjahit berbagai kerajinan tangan dari kain perca.  Kali ini kerajinan tangan yang ingin kutekuni adalah membuat pouch atau dompet dengan berbagai variasi. Sebenarnya aku berharap bahwa hal yang kukerjakan ini dapat menjadi usaha sampinganku (bahkan usaha utama: telah terpikir olehku untuk pindah jurusan saja,:b, karena sebenarnya aku menyukai berkreasi dengan kerajinan tangan). Kembali aku membongkar berbagai perca yang dulu pernah kukumpulkan, dan akhirnya aku memutuskan untuk membuat tempat handphone dengan zip disamping (namun gagal, :( ). Baiklah, aku pun mencoba lagi membuat dompet yang zip nya diatas dengan teknik halah-halah hasil pemikiranku sendiri, berikut ini hasilnya: Dua buah dompet handphone perdanaku di tahun 2017 Adapun teknik untuk membuat dompet seperti gambar di atas, telah aku jabarkan di HeksaViol

The Trip: 5 Hari Mengelilingi Malaysia (Melaka-III)

Peta perjalanan selanjutnya adalah singgah ke salah satu museum, langsung saja kami memasuki Museum Islam Melaka, biaya masuk 3 RM per orang. Museumnya sepi, mungkin karena hari hujan, atau mungkin para pelancong kurang tertarik lagi untuk mengunjungi museum. Dari bagian halaman museum aku melihat para turis yang lewat hanya singgah di depan museum untuk memfoto bangunan museum dari luar.    Salah satu sudut Melaka pada kondisi mendung Museum Islam Melaka ini terdiri dari dua tingkat, bangunannya didesain selayaknya rumah tradisional Melayu yang berbahan dasar kayu, sangat klasik. Di dalam museum, ada banyak pengetahuan tentang Islam, tidak hanya tentang penyebaran Islam di Melaka dan Malaysia, juga mencakup pengetahuan dasar tentang Islam seperti Rukun Islam, Rukun Iman, Al-Qur'an dan pengetahuan Islam lainnya. Sebenarnya sangat bagus bagi para turis yang ingin mengetahui tentang Islam. Museum yang terletak di Jalan Kota ini (tidak jauh dari Stadhuys, dan sederetan dengan