Skip to main content

The Trip: Jelajah Medan (Taman Beringin)

Sedari kecil aku sangat jarang pergi ke taman, bahkan kata 'taman' terdengar sangat spesial untukku, apalagi taman bunga. Beberapa taman di Kota Medan yang penah kudatangi ketika SMA cukup mengesankanku, namun tetap saja tak banyak bunga kulihat dan cukup banyak sampah bertebaran. 

Ketika tinggal di negeri orang, aku sangat terkesan dengan niat pemerintahnya untuk membangun berbagai lahan hijau di daerahnya hingga taman menjadi hal yang biasa di sana (tentunya dengan kualitas yang baik pula). Aku juga terkesan dengan perilaku masyarakatnya yang menjaga taman-taman tersebut dari berbagai kekotoran.

Jadi, kali ini aku penasaran dengan sebuah taman di Medan yang biasanya kulewati ketika pergi kerja, namanya Taman Beringin atau disebut juga Taman Sudirman yang terletak di Jalan Cik Di Tiro Medan. Tamannya memang tidak terlalu besar tetapi kelihatan sejuk dengan berbagai pohon rindang. Satu hal yang menarik mataku adalah desain gapura dari pohon bambunya (mungkin aku terlalu katrok).  
Taman Beringin atau Taman Sudirman
Langsung saja, aku dan ibuku menuju taman tersebut dengan mobil Grab. Awalnya agak susah bagiku untuk membuat aplikasi Grab mendeteksi taman ini. Aku ketik, "Taman Beringin", ternyata tidak terdeteksi, aku ketik, "Taman Sudirman" juga tidak terdeteksi, akhirnya aku ketik ,"Jalan Cik Di Tiro" dan mendeteksi area sekitarnya, akhirnya aku menemukan bahwa ternyata pada aplikasi Grab (mungkin dari Google Map juga) nama taman ini adalah, "Hutan Kota Taman Beringin". 
Gerbang Taman
Bapak Supir Grab yang baik hati pun mengantarkan kami menuju gerbang taman. Di sebelah kanan taman bagian luar terdapat beberapa penjual makanan kaki lima. Karena kami telah membawa makanan sendiri, akhirnya kami segera masuk saja. Begitu masuk, ibuku langsung mencari tempat duduk yang dinaungi pohon rindang. Taman kala itu tidaklah begitu ramai, tetapi tetap terlihat hidup. Beberapa anak SMA terlihat bermain ayunan di bagian khusus permainan anak-anak. Beberapa ibu-ibu terlihat menemani anaknya bermain-main. Beberapa orang terlihat tengah menikmati makan siangnya. 

 Penampakan Taman
Aku pun berjalan-jalan untuk memfoto beberapa sudut taman. Ternyata taman yang mempunyai luas 12.219 meter kuadrat (sumber: semedan.com) ini dibangun dengan kerjasama antara Pemerintah Amerika Serikat dan Pemerintah Kota Medan (2014) yang ditandai dengan adanya sebuah prasasti di salah satu sudut taman. Kerjasama ini dilakukan Pemerintah Amerika dalam rangka mendukung program Medan Berhias.


Jalan menuju prasasti

Prasasti Taman menunjukkan hasil kerjasama Pemkot Medan-Amerika
Aku pun menelusuri berbagai fasilitas yang ada di taman ini, ada berbagai tempat duduk dari batu, tempat khusus bermain anak (masing-masing permainan diberi label nama), tempat khusus berjalan kaki atau bersepeda, tempat mencuci tangan, toilet, mushala, bangunan kecil untuk perpustakaan Minggu, air mancur, dan tentunya berbagai pohon dan tanaman hias. Terkadang pedagang es krim akan masuk untuk menjajakan dagangannya. 

Taman Bermain dan Taman Baca Minggu
Di bagian dekat mushala terdapat sangat banyak pohon yang diberi label nama hingga suasana menjadi sangat teduh. Beberapa fasilitas di taman ini sepertinya disponsori oleh beberapa perusahaan, terlihat dari nama produk yang dilukiskan pada fasilitas tersebut. 
Mushala-nya nyaman

Toiletnya bersih
Salah satu fasilitas yang sepertinya disponsori salah satu produsen pasta gigi, tetapi tentunya tetap mengedukasi
Mushala dan toiletnya juga bersih dan nyaman. Untuk toilet kita perlu membayar uang kebersihan sebesar Rp.2000 untuk setiap penggunaan. Mukena yang cukup bersih juga tersedia di mushala tersebut. Di bagian samping mushala juga sepertinya sedang ditanami tanaman hidroponik. 

Namun, satu hal yang sangat disayangkan adalah walaupun jumlah tong sampah pada taman tersebut cukup banyak dan jaraknya tidak terlalu jauh, tetapi tetap saja terlihat beberapa sampah bertebaran, bahkan ada satu bak bunga yang dipenuhi sampah. Aku bingung tentang apakah sebenarnya Pemerintah Kota menyediakan petugas kebersihan di taman ini (bagiku sih sebenarnya perlu juga), dan aku juga bingung tentang perilaku masyarakat yang masih belum mau untuk menjaga kebersihan dengan tidak nyampah sembarangan. Berhubung aku juga belum bisa berbuat apa-apa mengenai hal ini, jadi kebingunganku kutuliskan saja dahulu di sini. 
Tong sampah yang tersedia di beberapa sudut taman

Teganya yang melakukan ini!Tenyata pendidikan kita masih harus terus diperbaiki!
Hal lain yang juga mengganjal hatiku adalah bahwa bunga-bunga yang ditanam hampir di setiap taman di Kota Medan ini adalah bunga atau tanaman yang itu-itu saja, seperti tanaman-tanaman pagar, bunga kertas dan bunga mawar (itupun mawar merah yang jenisnya itu-itu saja). Padahal, berbagai bunga-bunga indah dapat tumbuh subur di kota yang memang cukup panas ini, misalnya bunga lili, bunga tapak dara, bunga bawang, bunga krokot, bunga udel, bunga lantana, dan banyak lainnya yang pastinya akan membuat taman lebih berwarna (memang tanaman-tanaman ini cukup membutuhkan perawatan). 

Satu hal lagi yang kubingungkan adalah perilaku beberapa orang yang kadang suka merokok di taman ini (memang tidak ada larangan untuk tidak merokok), tetapi tetap saja hal itu dapat mengganggu pengunjung yang lain. Juga dengan perilaku orang yang berpacaran yang sampai melakukan adegan mesra yang cukup merusak pemandangan (kebebasan seseorang juga dibatasi kebebasan orang lain toh), apalagi jika adegan itu dilakukan dekat dengan tempat bermain anak, bukankah sungguh tidak pantas?

Ternyata pendidikan kita masih harus ditingkatkan untuk mentransformasi perilaku masyarakat menjadi lebih baik lagi. Itu tugas kita juga sekarang. 

Namun, tetap saja aku harus bersyukur dengan adanya taman kota ini, setidaknya ada tempat bermain bagi anak-anak dan rekreasi masyarakat yang gratisan. InsyaAllah tahun-tahun kedepannya akan lebih baik lagi.

Hal lain yang kusuka dari Kota Medan ini adalah jumlah makanan yang berlimpah. Di bagian luar taman terdapat beberapa pedagang kaki lima, kami pun singgah untuk menikmati mie ayam yang super murah (Rp.10.000 untuk semangkuk mie dengan telur), suasana teduh karena banyak pohon dan sedikitnya kendaraan yang berlalu lalang. Ada juga pedagang kopi, teh, dan gorengan. Jika kita berjalan ke kiri lagi, maka akan didapati juga warung makan yang lain. Bagiku sendiri, pedagang kaki lima juga jika diatur dengan baik juga tidak masalah (toh mereka mencari nafkah). 

Untuk kendaraan umum tersedia becak, kendaraan dengan aplikasi seperti: Grab, Gojek, Uber, juga ada beberapa angkot seperti 64, 24, 10, 51/7, 34 (ini yang terlihat lewat), dll (yang tidak terdeteksi olehku).

Medan, 22 Juli 2017

Comments

  1. saya juga sering kesana mbak waktu masi lajang dan pacaran heehee

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe...Iya mas, tempatnya memang cocok untuk berkumpul...

      Delete

Post a Comment