Bulan Juli-Agustus merupakan dapat dikatakan sebagai bulan buku bagiku. Bagaimana tidak, pada kedua bulan tersebut aku telah mendatangi 2 bazar buku di kotaku, Medan, yaitu Festival Buku di Lapangan Merdeka Medan pada bulan Juli dan Bazar Buku di Perpustakaan Daerah Sumatera Utara. Berikut akan kuuraikan kisahku di masing-masing acara tersebut.
Bazar Buku |
Kita awali dari Festival Buku di Lapangan Merdeka. Sebenarnya kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka Perayaan HUT Kota Medan yang ke-427. Dari nama kegiatannya saja aku sudah sangat 'excited' untuk menghadirinya. Bagaimana tidak, 'festival' adalah satu kata yang memiliki makna yang sangat 'wah' bagiku. Hingga aku pun sudah membayangkan suatu kegiatan yang meriah dan ramai. Namun, nyatanya kegiatan yang kami datangi ini tak lebih dari bazar buku yang sunyi. Memang ada kegiatan perlombaan 'story telling' yang diadakan, tetapi perlombaan itu pun terkesan sunyi.
Festival Buku Kota Medan Juli 2017 |
Walaupun kondisi kegiatan ini sangat sunyi, tetapi aku mendapatkan beberapa buku yang harganya tak masuk diakal. Buku art therapy yang harga normalnya sekitar Seratus ribuan di bazar ini harganya turun menjadi 15 ribu rupiah!! Sebenarnya ada banyak buku-buku yang bagus untuk dibaca, bahkan ada beberapa buku unik yang mungkin tidak dicetak kembali pada bazar tersebut. Bahkan, salah satu temanku merasa kegirangan mendapatkan buku resep masakan full color dengan harga hanya 10 ribu Rupiah saja! Buku untuk anak-anak juga ada banyak, baik buku cerita bergambar, ataupun buku mewarnai. Sangat disayangkan bahwa pengunjung kegiatan ini sangat sedikit.
Padahal, seperti yang kubaca di situs berita Antara, ada dua buku cerita anak Indonesia yang memeriahkan acara tahunan di Inggris, Imagine Children's Festival 2017, yaitu "Si Pirok Ke Kota" dan "Komodo Mau Main Musik", karya Felicia Nayoan Siregar dan ilustrator Astri Sefrina van Eenbergen. Hal ini tentu saja membuatku sebagai salah seorang masyarakat Kota Medan malu akan melihat minimnya minat baca masyarakat dan 'minat' pihak yang terkait untuk memperbaiki kondisi ini. Bagaimana tidak? Negara lain saja dapat dengan sangat menghargai karya tulis Bangsa Indonesia. Dan ternyata, Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara dalam hal Minat Baca Masyarakat! Sedihnya! (Berdasarkan hasil penelitian "World's Most Literate Nations" yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016), sumber: rappler.com.
Aku dan temanku pun berandai-andai tentang 'Festival Buku' yang ideal bagi kami: Adanya berbagai spanduk dan banner serta desain tempat yang menarik, juga diadakan lomba mewarnai agar lebih semarak, kalau perlu diadakan bedah buku salah seorang penulis Medan yang terkemuka, dan yang paling penting dari semua itu adalah promosi yang efektif! Aku pun mencari tahu tentang festival buku di kota lain di Indonesia, dan situs rappler memberikan sebuah ulasan bagus mengenai sebuah festival buku di Bandung, secara Bandung ingin menjadi World Book Capital 2017.Keren! Monggo dibaca situsnya, :)
Kami pun sempat bercerita dengan salah satu abang penjual buku. Dia mengatakan bahwa hari ini lapak mereka akan tutup karena adanya pemerasan di kala malam oleh preman setempat. Dia mengatakan bahwa pada malam sebelumnya ada beberapa preman yang datang ke lapak mereka untuk meminta 'uang rokok' setiap satu jam. Namun, tiba-tiba saja gerombolan mereka bertambah banyak dan meminta uang untuk membeli 'sabu-sabu'!!! Hingga marahlah si abang penjual buku dan mereka pun saling lempar-melempar layaknya tawuran. Untungnya, tidak ada penjual buku yang terluka pada kejadian tersebut. Bagiku, Sungguh aneh dan menggerikan kejadian ini, apakah penyelenggara acara tidak menyediakan sistem keamanan untuk kegiatan ini? Aku pun mempertanyakan tentang uang sewa mereka terhadap lapak di bazar tersebut, tetapi ternyata mereka tidak menyewa lapak tersebut, Pemerintah Kota- lah yang telah memfasilitasi mereka.
Buku!!! |
Aku dan temanku pun berandai-andai tentang 'Festival Buku' yang ideal bagi kami: Adanya berbagai spanduk dan banner serta desain tempat yang menarik, juga diadakan lomba mewarnai agar lebih semarak, kalau perlu diadakan bedah buku salah seorang penulis Medan yang terkemuka, dan yang paling penting dari semua itu adalah promosi yang efektif! Aku pun mencari tahu tentang festival buku di kota lain di Indonesia, dan situs rappler memberikan sebuah ulasan bagus mengenai sebuah festival buku di Bandung, secara Bandung ingin menjadi World Book Capital 2017.Keren! Monggo dibaca situsnya, :)
Buku-buku bagus dengan harga yang tak masuk di akal |
Hal lain yang ganjil adalah bahwa ternyata banyak sekolah-sekolah yang tidak mendapat kabar akan adanya kegiatan ini, termasuk kegiatan perlombaannya. Dan sekolah-sekolah yang mendapat kabar pun ternyata 'baru saja' mendapat kabar (sekitar 3 hari sebelum hari-H) hingga mereka tidak sempat melakukan banyak persiapan.
Sungguh sedih melihat keadaan ini, jika pemerintah kota saja tidak serius melakukan kegiatan ini lalu bagaimana mereka mengharapkan masyarakat dapat meningkatkan hobi membaca dan berlomba dalam pendidikan?!
Sejauh ini, aku melihat banyak masyarakat yang 'gerah' melihat kondisi ini akan membentuk komunitas atau LSM. Memang kita harus berjuang bersama dalam meningkatkan taraf kehidupan masyarakat kita, tetapi tetap saja Pemerintah memiliki andil yang lebih besar dan lebih efektif.
Baiklah, daripada berlama-lama kecewa dengan kondisi ini, aku juga ingin menuliskan sedikit informasi bahwa Perpustakaan Nasional juga dapat memberikan bantuan buku bagi suatu komunitas dengan cara memberikan proposal ke mereka. Informasi ini kudapatkan melalui broadcast di WA.
Kepala Perpustakaan Nasional RI
Jl. Salemba Raya No.28-A Jakarta Pusat (021-3154864)/0800-1-737787/SMS: 0812-9000-0880
Festival Buku Kota Medan selesai disini, sekarang kita akan beranjak ke acara Bazar Buku di Perpustakaan Daerah Kota Medan!
posted from Bloggeroid
Comments
Post a Comment