Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2018

Respon Orang Taiwan Terhadap Makanan Indonesia

Beberapa pekan lalu, aku melihat salah seorang temanku mem-posting poster bazar makanan Indonesia di National Chung Hsing Taiwan, aku pun teringat akan pengalaman kami membuka bazar serupa di Tahun 2015.  Pada saat itu, seperti biasa Universitas kami akan mengadakan suatu acara khusus untuk mahasiswa internasional yang ingin memperkenalkan makanannya atau kebudayaannya. Nah, saat tersebut kami manfaatkan sebagai momen untuk memperkenalkan makanan Indonesia. Temanku (Tri) pun menganjurkan agar aku menjadi ketua panitia dengan maksud agar aku belajar menjadi pemimpin. Jadi, walaupun golongan darahku O, tetap saja aku tidak cakap memimpin dengan tegas (aku terkadang tidak tegaan dan sering cuek). Tetapi, baiklah aku terima saja. Awalnya aku tidak membagi tugas karena aku merasa kasihan semua anggota pada sibuk kuliah (Hahaha), tetapi Tri mengatakan agar bagi tugas saja saat kami rapat, jika tidak tentu saja aku akan pusing sendiri (Hahaha, tu kan beneran aku nggak beres memimpi

Kruuk…Kruuk…

Sebuah mayat laki-laki tergantung kaku pada sebuah pohon seno di pinggir jalan raya, matanya melotot seakan hendak keluar, bibirnya ternganga dikerubungi lalat hijau. Dalam pada itu terlukis rasa kebencian yang mendalam di wajahnya yang sudah pucat itu. Dari wajahnya, dia tampak masih muda, mungkin umurnya masih berkisar 25-an. Orang-orang mengerubungi mayat itu, belum ada yang berani menurunkannya sampai petugas datang. Jalanan yang terang akan cahaya lampu itu terasa kelam dan makin kelam. Namun, kekelaman itu justru menjadikannya ramai sekaligus macet. Bunyi klakson di sana-sini menghidupkan pesta perayaan setan, satu teman lagi telah berhasil diajak ke neraka. Orang-orang mencoba menerka-nerka siapa gerangan orang yang mati itu. Tak satupun dari mereka mengenalinya. Dari bajunya yang kotor dan compang-camping itu, pastilah dia seorang gembel jalanan. Tetapi, rasa-rasanya hampir seluruh gembel di jalanan itu mereka kenali kecuali orang yang telah mati ini. Bahkan, semua gembe

Perjalanan Panjang Menuju Kuliah S2

Niat untuk melanjutkan kuliah sudah menetap di hatiku sejak aku lulus kuliah (dan belum mendapat pekerjaan yang cocok). Kala itu aku yang sudah bersemangat untuk melanjutkan hidup sebagai guru ternyata harus memedam keinginanku itu karena ketiadaan kuliah Akta IV di kotaku. Sehingga jika aku memang ingin mendapatkan ilmu keguruan maka aku harus melanjutkan kuliah untuk mendapatkan gelar S.Pd. Kuliahnya sendiri mungkin akan memakan waktu lebih dari setahun. Aku pun berpikir bahwa jika demikian keadaannya mengapa pula aku tidak sekalian saja meneruskan kuliahku ke jenjang S2, toh sama-sama memakan waktu dua tahun. Akhirnya, aku pun memutuskan untuk mencari beasiswa untuk melanjutkan kuliahku ke jenjang S2. Semangatku pun terus dibakar dengan berbagai motivasi dari Pak Gea dan istrinya, Bu Mutia yang baru saja menyelesaikan pendidikan mereka di Inggris. Mereka terus saja menceritakan pengalaman-pengalaman mereka selama berada di Inggris tentang betapa manisnya pendidikan di lua

Refleksi: Hukuman yang Tak Terasa

Pada sebuah artikel di majalah, aku mendapati suatu nasehat yang sangat berharga dan menohok hati, yaitu tentang hukuman dari Allah yang tak terasa, namun merupakan hukuman yang berat ketika seorang muslim tidak menunaikan hak-hak dalam beragama, hukuman tersebut adalah "sedikitnya taufiq" dalam hal ini Taufiq sendiri diartikan sebagai kemudahan untuk mengamalkan ketaatan dan amal-amal kebaikan. Sehingga, "Sedikitnya taufiq berarti orang yang mendapatkan hukuman ini akan merasa kesusahan dan tidak adanya kenikmatan dalam beribadah kepada Allah. Berapa hari yang kulalui tanpa adanya nikmat dalam membaca dan memahami Al-Qur'an? Berapa banyak ghibah yang telah kulakukan tanpa ada rasa bersalah? Berapa banyak momen ibadah yang terlewatkan? Pembiaran ini hanya beberapa bentuk hukuman tak terasa dari Allah, sedang aku terkadang tidak menyadarinya. Sebenarnya lagi, hukuman paling ringan dari Allah terhadap hambaNya adalah hukuman yang terasa pada harta, anak,

Pengalaman Kuliah di Taiwan (NCHU)

Semenjak membaca novel 'Edensor' karya Andrea Hirata, aku selalu tergiang-giang akan satu kalimat di novel tersebut yang menyebutkan: "Aku menyimak kuliah selama dua jam tetapi pengetahuan yang kudapat senilai kuliah satu semester di tanah air" Aku pun ingin merasakan hal yang demikian. Namun demikian, Aku tidaklah berkuliah di tempat yang sangat bergenggi seperti Andre, tetapi Taiwan adalah negara Asia yang juga menyuguhkan pengalaman belajar yang berbeda, berikut adalah pengalaman yang kurasakan ketika belajar di Taiwan: Kuliah akan benar-benar dilangsungkan sebanyak waktu mata kuliah tersebut, misalnya mata kuliah 3 SKS (credit) yang kuambil akan dimulai pada pukul 09.00 dan berakhir pukul 12.00 dan itu benar-benar dijalankan selama itu dengan jeda 10 menit setiap satu jam tatap muka, jadi 50 menit tatap muka, jeda 10 menit, kuliah lagi 50 menit, jeda 10 menit dan akhirnya kuliah sampai pukul 12.00.  Bahan kuliahnya sudah disediakan di portal akademik mata

Website Asyik Buat Belajar Bahasa Inggris

Belajar Bahasa Inggris adalah sesuatu yang sangat menyenangkan, sumber belajarnya banyak sekali dan rasanya juga sangat seru mendengarkan diri sendiri membunyikan kata dalam bahasa Inggris yang suka memaksa kita untuk menggulung-gulung lidah ke atas. Motivasiku untuk memperdalam Bahasa Inggris tiba saat aku bersekolah di SMA Muhammadiyah (meskipun akhirnya aku pindah sekolah). Pada saat itu, kepala sekolahnya memotivasi para siswa/i untuk memperdalam Bahasa Inggris karena bahasa itu adalah salah satu syarat untuk lulus STAN (yang gajinya besar), aku pun terpana mendengarkan ceramah singkat yang sangat memotivasi itu, selanjutnya aku pergi ke toko buku buat membeli buku grammar tebal dan tekun membacanya (Meskipun nasibku berakhir di Fisika USU bukan STAN karena aku pada akhirnya tidak tertarik mendaftar STAN). Ternyata metode mempelajari buku tebal itu agak efektif karena akhirnya nilai bahasa Inggris-ku naik di tingkat SMA. Namun, pada saat aku berkuliah dan pada suatu kesemp

Pengalaman Saya Sebagai Seorang Muslim di Taiwan (Makan)

"Di Taiwan ada makanan halal?" Pertanyaan ini adalah pertanyaan populer yang saya dapati ketika kembali dari Taiwan. Bahkan, salah seorang penanya pernah menyatakan bahwa dia takut melanjutkan kuliah di Taiwan karena ketakutan akan ketidakadaan makanan halal.  Kali ini aku akan menceritakan pengalamanku berkenaan dengan makanan ini. Memang benar bahwa mencari makanan halal di Taiwan tidaklah segampang di Indonesia, tentu saja karena Indonesia adalah negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia. Tetapi, masalah makanan ini dapat kita siasati dengan beberapa hal.  Nah, sebelum sampai ke siasat mencari makanan halal versi saya, kita lihat terlebih dahulu kondisi makanan di Taiwan.  Seperti halnya negara-negara lain dengan penduduk mayoritas non-muslim, Taiwan memang memanfaatkan daging babi dengan maksimal, artinya menu yang mengandung babi memang akan kita jumpai di rumah makan biasa. Jadi, kalau kita pergi ke rumah makan tanpa label vegetarian, kita wajib waspa