Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Nge-Religion

Catatan Nurul Hayat: Memberi Rasa Pada Perbuatan dan Akhlak Untuk Membangun Keluarga Samara

Catatan hikmah yang terdapat pada Majalah Nurul Hayat Maret 2020. Tulisan pertama adalah dari artikel berjudul Memberi Rasa karya Evie Silfia Zubaidi. Dalam tulisan ini, kita diingatkan untuk memberi rasa pada perbuatan kita. Rasa yang dimaksud di sini adalah rasa cinta, dimana kita menjauhi perasaan 'merasa penting' dan meremehkan orang lain dalam setiap perbuatan kita, apalagi ketika kita diamanahi pekerjaan untuk 'ummat' atau ketika kita 'merasa lebih paham' dibandingkan yang lain. Sebaiknya kita bersikap flexible dimana kita tak lagi menggunakan dalih sesuai prosedur atau profesionalisme sampai lupa memberi rasa, kita bisa mencontoh Rasulullah dalam HR.Al-Buhkari No.323 berikut. Sungguh indah bukan? Suatu kebenaran juga harus disampaikan dengan cara yang baik. Baik yang dimaksud di dalam agama kita adalah baik hubungan dengan Allah, juga baik hubungan dengan sesama manusia. :)  Tulisan kedua ini berasal dari Majalah Nurul Hayat dengan Penulis

Mengaji bareng ustadz: Masalah Hati

Setelah sekian lama, akhirnya aku mendapatkan taufiq untuk meng-edit catatan ceramah ini, meskipun awalnya aku ingin menambahkannya dari sumber lain, tetapi setelah aku membaca isi catatan ini sepertinya cukup baik untuk di- publish dengan hanya sedikit peng- edit -an. Dan kali ini yang kucatat adalah lebih kepada masalah hati. Setiap manusia sebenarnya memiliki potensi fujuraha (merusak) dan takwaha (positif). Oleh sebab itu sungguh beruntung orang-orang yang membersihkan jiwanya.  Kita perlu berhati-hati dengan hati kita sendiri. Dan sebenarnya persoalan bangsa kembali kepada persoalan hati.  Namun ternyata, persoalan yang paling sulit adalah kembali kepada hati. Dalam hal ini ada tiga pembagian hati yang harus kita hindari:  A. Hati yang tertutup : orang yang demikian, suka menyusahkan orang lain (semoga kita jauh dari hati yang seperti ini). B. Hati yang penuh dengan karat karena pemiliknya suka membuat dosa dan maksiat (semoga kita juga jauh dari hati yang seperti ini)

Refleksi: Hukuman yang Tak Terasa

Pada sebuah artikel di majalah, aku mendapati suatu nasehat yang sangat berharga dan menohok hati, yaitu tentang hukuman dari Allah yang tak terasa, namun merupakan hukuman yang berat ketika seorang muslim tidak menunaikan hak-hak dalam beragama, hukuman tersebut adalah "sedikitnya taufiq" dalam hal ini Taufiq sendiri diartikan sebagai kemudahan untuk mengamalkan ketaatan dan amal-amal kebaikan. Sehingga, "Sedikitnya taufiq berarti orang yang mendapatkan hukuman ini akan merasa kesusahan dan tidak adanya kenikmatan dalam beribadah kepada Allah. Berapa hari yang kulalui tanpa adanya nikmat dalam membaca dan memahami Al-Qur'an? Berapa banyak ghibah yang telah kulakukan tanpa ada rasa bersalah? Berapa banyak momen ibadah yang terlewatkan? Pembiaran ini hanya beberapa bentuk hukuman tak terasa dari Allah, sedang aku terkadang tidak menyadarinya. Sebenarnya lagi, hukuman paling ringan dari Allah terhadap hambaNya adalah hukuman yang terasa pada harta, anak,

Catatan Ceramah : Tiga Akar Dosa

Ceramah kali ini didapatkan dari Zikir Akbar yang diadakan setiap minggu ke-2 di Mesjid Agung (kali ini pada 8 Oktober 2017). Selain zikir dan shalat tasbih, ada juga tausiyah yang dibawakan seorang alim ulama yang sudah bergelar profesor (Maaf, aku lupa mencatat namanya) Baiklah, langsung saja kita diskusikan hasil ceramahnya, yaitu tentang tiga akar dosa. Nah, sebelum membahas tentang akar-akar dosa tersebut, baiknya kita mengetahui salah satu penyebab ketidaktenangan dalam hidup ini, yaitu dosa. Dosa seperti sebuah titik hitam, orang yg berbuat dosa akan gelisah dan tidak bahagia. Serta sebaliknya, jika orang berbuat baik, maka dia akan terlihat tenang dalam hidup. Namun, jangan khawatir dengan dosa-dosa kita yang telah lalu, karena Allah memberikan kesempatan pada seluruh manusia untuk bertaubat dengan cara menyadari segala kesalahan yang sudah diperbuat, berdoa memohon ampun kepada Allah, serta menghentikan dosa tersebut dan tidak melakukannya kembali.    Ada tiga a

Tabligh Akbar 1 Muharram 1439 H: Menjadi Muslimah Sholihah dan Sehat

Satu Muharram 1439 H kali ini diisi dengan sebuah kajian menarik yang diadakan di Mesjid Dakwah USU. MasyaAllah sangat banyak orang yang mengunjungi kajian ini. Dakwah memang sangat berkembang dengan baik di Kota Medan sepertinya, Alhamdulillah. Semoga keadaan ini bisa meningkat lagi di kemudian hari. Dua nikmat yang sering diabaikan manusia, yaitu nikmat kesehatan dan waktu luang Baiklah, isi kajiannya meliputi peringatan akan dua nikmat yang banyak manusia tertipu yaitu kesehatan dan waktu luang. Kebanyakan dari kita sering lupa akan kedua nikmat tersebut hingga hidup kita kadang terasa hambar, apalagi jika kita tidak mempunyai cita-cita hidup yang jelas.  Hidup sepertinya berjalan begini-begini saja: Sekolah, kuliah, kerja, nikah, punya anak, menjalani hari tua, dan akhirnya meninggal. Apalagi jika pada salah satu step tersebut kita mengalami hambatan, rasa percaya diri dan gairah hidup pun kadang bisa menurun. Nah, ternyata salah satu penyebab kehambaran hidup itu t

Catatan Ramadhan 1438 H: Berbicara Tentang Al-Qur'an

Hujan turun tepat setelah aku sampai di rumah. Melanjutkan malam dengan mencari ilmu tentang Al-Qur'an. Kali ini sang ustadz menjelaskan beberapa point penting tentang Al-Qur'an. Ketika kita berbicara tentang Al-Qur'an sebenarnya kita tidak berbicara tentang sebuah benda yang berisi wahyu-wahyu Allah. Namun, sudah semestinya kita berbicara tentang wahyu Allah itu sendiri. Al-Qur'an bukan hanya sekedar benda yang dapat dibaca, tetapi dia adalah naskah yang harus kita pahami sebagai petunjuk hidup kita. Oleh karena itu kita harus paham akan isi kandungan Al-Qur'an, kita tidak hanya terfokus pada cara membaca dan melagukannya saja, tetapi sudah semestinya kita fokus juga pada isi kandungannya dan menjadikannya sebagai pedoman hidup. Dalam menafsirkan Al-Qur'an memang tidak boleh sembarangan sesuka hati dan pemikiran kita, kita harus mempunyai ilmu dasar terlebih dahulu tentangnya. Atau jika ilmu kita belum cukup sampai kesitu kita boleh berpedoman kepada tafsi

Catatan Ramadhan 1438 H : Perluas Rezeki Dengan Tiga Hal Ini

Alhamdulillah, pada malam Ramadhan yang indah ini, butiran-butiran hikmah menyegarkan pikiran ibarat rintik hujan yang menyegarkan bumi yang kering dan berdebu. Kali ini aku akan menulis beberapa hikmah pada malam ini (02062017) dari Mesjid Taqwa, Medan. Pertama sekali, mengenai rezeki ini sebenarnya kita tak perlu khawatir karena dalam Al-Qur'an dikatakan dalam Q.S. Hud: 6, yaitu  وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا “Dan tidak ada satupun makhluk yang berjalan di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya” (Hud: 6). Nah, sekarang tinggal usaha dan doa kita-lah yang dapat kita maksimalkan untuk mendapatkan rezeki tersebut. Ada dua hal yang selalu kita perhatikan dan lakukan untuk mendapatkan rezeki, yaitu dengan tenaga dan dengan keahlian (profesi). Kedua cara tersebut memang kita perlukan untuk mendapatkan rezeki dari Allah. Setiap kita pasti mempergunakan tenaga untuk bekerja, apapun pekerjaannya dan mempergunakan keahlian kita untu

Benar-Benar Percaya-kah Kita? (Tips Agar Hidup Lebih Bahagia)

Tulisan ini adalah sebuah refleksi dari buku "Hujan Matahari" karangan Kurniawan Gunadi yang sudah kuulas di artikel sebelumnya . Awalnya aku mempersiapkan tulisan ini untuk bahan kuliah tujuh menit (kultum) pada sebuah diskusi kecil dengan temanku. Lalu, terpikirkan olehku untuk juga menuliskannya di sini karena isinya yang sarat makna dan dapat menyemangati jiwa agar hidup lebih bahagia. Beautiful quote Artikel ringan Kurniawan Gunadi itu membahas tentang sikap percaya dan mempercayai yang selama ini kita jalani. Banyak dari kita yang sudah mengaku dan mempublikasikan kepada khalayak ramai bahwa kita adalah seorang yang percaya kepada Allah, tetapi benarkah demikian adanya? Mungkin benar kita telah percaya kepada Allah, tetapi mungkin dalam sikap kita, kita belum benar-benar menunjukkan bahwa kita mempercayai-Nya. Itu terlihat dalam sikap kita yang selalu khawatir akan masa depan hingga kita tidak hidup nyaman di masa sekarang. Hal yang dicontohkan Kurniawan

Selembar Renungan di Musim Gugur (I)

Setiap pagi aku mendengar suara jangkrik yang khas yang menandakan subuh telah tiba, di negeri ini memang tak ada adzan, sekarang. Aku berdoa suatu hari nanti, di sini akan berkumandang suara Adzan setiap saat. Aku jadi teringat bahwa sebelum kita memulai shalat, sebaiknya kita mengumandangkan Iqamah sendiri. Dan nyatanya, aku selalu lalai. Pagi, sunyi dan indah, sungguh nikmat rasanya jika kita membuka lembaran-lembaran Al-Qur'an sambil menikmati isinya, dan saat ini aku menikmati bagian-bagian ini. Suasana Pagi di Asrama NCHU Al-Fatihah, 1: 5-6, " hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.  Tunjukilah kami jalan yang lurus . " Guruku pernah berkata, jika kita sampai pada bagian ini saat shalat, maka perpanjanglah doa setelahnya, jangan terburu-buru, subhanallah. Tibalah aku pada suatu ayat yang meminta kita untuk berpikir dan meneliti secara ilmiah tentang kandungan ayatnya, Q.S. Al-Baqarah, 2: 22, &

Si Ujang Sedang Berpikir

Di sebuah halaman rumah yang luas dengan berbagai pohon tumbuh di atas tanahnya yang hitam subur duduklah si Ujang, anak Mak Minah yang pertama. Si Ujang ini adalah seorang pegawai negeri yang kata orang hidupnya sudah terjamin, gajinya saja setiap bulannya mencapai Rp.4.000.000,-. Mak Minah pun sangat senang dengan anak lelaki satu-satunya itu karena setiap bulan dapat dibelikan baju. Tapi waktu punya waktu, Si Ujang ini duduk dengan gelisah, kadang kepalanya dimiringkan, kadang ditegakkan, kadang digelengkannya, banyaklah macam.   Mbak Surti yang lewat di jalan tak dihiraukannya. Padahal biasanya Ujang senang sekali menggoda wanita penjual jamu gendong itu. Memang saat itu hati Ujang sangat resah, entah kenapa. Maka, dipandanginya pohon mangga yang berbuah lebat di halaman itu dengan pandangan tajam, seakan pohon itu turut menyengsarakan hatinya. Tetapi, bukan jawaban yang didapatkan Ujang hanya gerakan dedaunan pohon yang seakan mengejeknya. Aih, malang betul Si Ujang.   Si U