Skip to main content

Si Ujang Sedang Berpikir

Di sebuah halaman rumah yang luas dengan berbagai pohon tumbuh di atas tanahnya yang hitam subur duduklah si Ujang, anak Mak Minah yang pertama. Si Ujang ini adalah seorang pegawai negeri yang kata orang hidupnya sudah terjamin, gajinya saja setiap bulannya mencapai Rp.4.000.000,-. Mak Minah pun sangat senang dengan anak lelaki satu-satunya itu karena setiap bulan dapat dibelikan baju. Tapi waktu punya waktu, Si Ujang ini duduk dengan gelisah, kadang kepalanya dimiringkan, kadang ditegakkan, kadang digelengkannya, banyaklah macam.

 
Mbak Surti yang lewat di jalan tak dihiraukannya. Padahal biasanya Ujang senang sekali menggoda wanita penjual jamu gendong itu. Memang saat itu hati Ujang sangat resah, entah kenapa. Maka, dipandanginya pohon mangga yang berbuah lebat di halaman itu dengan pandangan tajam, seakan pohon itu turut menyengsarakan hatinya. Tetapi, bukan jawaban yang didapatkan Ujang hanya gerakan dedaunan pohon yang seakan mengejeknya. Aih, malang betul Si Ujang.
 
Si Ujang mulai bosan dengan keadaannya sendiri, dia pun membuka sebuah buku yang tadi siang dipinjamkan temannya. Kata temannya buku itu dapat mengobati hatinya yang selalu resah gelisah. Tapi apa benar? Judulnya saja ‘Cinta Kepada Allah’. Tak Apalah..Baca saja... Daripada melamun...Pikirnya keras.
 
“Amboi!!” Teriaknya secara tak sadar hingga ayam-ayam yang tadinya mematuki biji Mangga terhenti melakukan aktivitasnya.
   “Ciri Praktis Kembali kepada Allah, meliputi:
•   Shalat di awal waktu dan Kontinyu melakukannya.
•   Berzikir kepada Allah meski hanya 5 menit.
•   Berdoa kepada Allah setiap hari.
•   Membaca Al-Qur’an setiap hari.
•   Menjauhi teman yang buruk perilakunya.
Apa aku bisa?” Kata Ujang pelan, tetapi ayam-ayam itu terus memperhatikannya seakan mendengar petuah barusan.
 
Si Ujang pun terus berpikir, dan terus berpikir...

Comments