Skip to main content

Benar-Benar Percaya-kah Kita? (Tips Agar Hidup Lebih Bahagia)

Tulisan ini adalah sebuah refleksi dari buku "Hujan Matahari" karangan Kurniawan Gunadi yang sudah kuulas di artikel sebelumnya. Awalnya aku mempersiapkan tulisan ini untuk bahan kuliah tujuh menit (kultum) pada sebuah diskusi kecil dengan temanku. Lalu, terpikirkan olehku untuk juga menuliskannya di sini karena isinya yang sarat makna dan dapat menyemangati jiwa agar hidup lebih bahagia.
Beautiful quote


Artikel ringan Kurniawan Gunadi itu membahas tentang sikap percaya dan mempercayai yang selama ini kita jalani. Banyak dari kita yang sudah mengaku dan mempublikasikan kepada khalayak ramai bahwa kita adalah seorang yang percaya kepada Allah, tetapi benarkah demikian adanya?

Mungkin benar kita telah percaya kepada Allah, tetapi mungkin dalam sikap kita, kita belum benar-benar menunjukkan bahwa kita mempercayai-Nya. Itu terlihat dalam sikap kita yang selalu khawatir akan masa depan hingga kita tidak hidup nyaman di masa sekarang. Hal yang dicontohkan Kurniawan Gunadi, yaitu tentang masalah jodoh. Banyak orang yang khawatir akan jodohnya hingga banyak yang merasa tak nyaman sebagai seorang yang jomblo. Bahkan, banyak juga propaganda yang melabeli "jomblo" sebagai hal yang kurang menyenangkan. Padahal, jika kita benar-benar mempercayai Allah, maka kita tak perlu khawatir karena Allah pasti memberikan jodoh yang terbaik buat kita dan tak akan tertukar dengan orang lain. Kita hanya perlu mempercayakan hidup kita kepada Allah, bahwa Dia akan memberikan yang terbaik dalam hidup kita. Disinilah perlunya berserah diri kepada Allah.

Berserah diri kepada Allah artinya menyandarkan diri dan takdir sepenuhnya kepada Allah. Hal ini tertulis dengan indah pada sebuah kisah Nabi Yusuf yang terdapat dalam Al-Qur'an surah Yusuf: 67, "dan Ya'qub berkata: "Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; Namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dari pada (takdir) Allah. keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri". Dari sepenggalan kisah ini kita dapat mengambil hikmah bahwa sebenarnya apapun yang kita lakukan sekarang adalah hal yang sebenarnya sudah ditakdirkan oleh Allah dan kita tak dapat mengubah hasilnya tanpa izin dan kehendak Allah. Oleh karena itu, kita tak perlu khawatir akan masa depan, yang perlu kita lakukan sekarang adalah berbuat sebaik dan sepositif mungkin, tentang hasil, kita hanya perlu berdoa dan mempercayakan takdir kepada Allah, bahwa dia pasti akan memberikan yang terbaik bagi kita.

Lalu, bagaimana jika saat ini kita menjalani hidup dengan sangat sulit? Jiwa kita terasa sangat tertekan dengan keadaan sekarang ini, mungkinkah kita mampu benar-benar berserah diri kepada Allah? Inikah yang terbaik bagi kita? Baiklah, mungkin saja sekarang kita merasakah kesulitan yang amat sangat, tetapi bukankah Allah juga memberikan kata-kata motivasinya yang tertulis indah dalam Al-Qur'an surah Al-Insyirah ayat 5, "karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan" Bahkan Allah mengulanginya kembali dalam ayat ke-6, " Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." dan dalam surah lain Allah juga telah mengingatkan bahwa Allah tak akan membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya (Q.S. At-Talaq: 7). Lalu, masih belum mempercayai-Nya kah kita? Bahwa semuanya akan berjalan dengan baik-baik saja. 

Kita, manusia memang terbatas, kita hanya dapat melihat dan merasakan yang terlihat dan teraba oleh indera kita dan ilmu kita juga sangat terbatas. sesuatu yang terasa buruk bagi kita mungkin saja merupakan hal yang terbaik buat kita. Cukup kita percaya saja kepada Allah. If Allah brings us to it, He will bring us through it. Enjoy your life!!

Taichung, 24 April 2016 


Comments