Skip to main content

Perjalanan Kembali ke Taiwan Selama Pandemi Covid-19 (Juni-Oktober 2021)

Kenapa harus kuliah lagi? Karena tempatku bekerja membutuhkanku untuk kuliah lagi. Dan, awalnya aku ingin mencoba untuk mendaftar ke universitas-universitas lain selain di negara Taiwan. Namun, aku berpikir bahwa dengan kembali ke Taiwan dan meneliti ke supervisor yang sama maka akan lebih memudahkanku untuk melakukan penelitian karena tidak begitu banyak membutuhkan tenaga untuk beradaptasi dari nol dan yang paling penting adalah tema penelitian S3 akan sejalan tema penelitian di S2. 

Jadi pada akhirnya aku mendaftar Beasiswa NCHU Elite Scholarship (dari MOE Taiwan untuk dosen-dosen di beberapa negara, termasuk Asia Tenggara) yang membuka pendaftaran dari 1 Februari sampai 31 Maret) dan Alhamdulillah aku mendapatkan pengumuman hasil pada 15 Juni 2021. Untuk syarat-syarat beasiswa nya klik link tulisan di atas itu ya, untuk syarat bukti bahwa aku adalah dosen, maka aku melampirkan SK 100% dari universitas tempatku mengajar.


Email dari NCHU ^^

Dan karena pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia :( maka aku berniat untuk berangkat pada semester berikutnya saja, namun sayangnya setelah aku meng-email pihak NCHU, ternyata jika keberangkatan ditunda maka beasiswa-nya akan dievaluasi kembali. Akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan perjuangan di semester ini (Fall Semester).

Pengurusan VISA juga harus menunggu Taiwan membuka negaranya menerima mahasiswa dan pekerja asing yang pada akhirnya pada Bulan Agustus, perbatasan dibuka dan aku langsung mendaftarkan diri untuk Cek Kesehatan (Medical Check-Up), namun karena aku tidak ingin melakukan Cek Kesehatan di klinik resmi yang di Medan (trauma :)), maka aku melakukan Cek Kesehatan di RS Deli dan mendapatkan vaksin Rubella di  Dokter Spesialis Anak Rudi Candra. Hal ini bisa saja dilakukan, asalkan kita mengisi formulir yang disediakan pemerintah Taiwan (dikirim ke email oleh pihak kampus) yang nantinya akan dileges oleh TETO. Tentu saja jika ditanya harga, maka harga tes kesehatan yang kujalani lebih mahal dibandingkan dengan tes kesehatan di klinik resmi tersebut. Sebagai informasi temanku yang juga berangkat ke Taiwan melakukan tes kesehatan dari Agen 101 Chinese Learning Centre di Jalan Wahidin Medan dan lebih murah. Setelah selesai menjalani cek kesehatan, aku pun segera menghubungi agen TIES oleh Bang Mula Sigiro. Namun, karena pandemi covid maka kami harus mendapatkan ijin untuk mendaftar VISA oleh MOE Taiwan. oleh karena itu aku baru dapat mendaftar VISA di akhir Agustus.

Alur pendaftaran VISA oleh NCHU

Dan Visa kuterima di pertengahan September, namun karena Indonesia termasuk dalam negara dengan jumlah Covid-19 yang tinggi (high risk country), maka karantina akan didapatkan secara gratis namun harus menunggu antrian dan akhirnya setelah melapor kepada OIA NCHU, antrianku adalah di Tanggal 22 Oktober 2021 (harus berangkat tanggal 21 Oktober 2021 karena transit di Singapura). Namun, pada akhirnya karantina kami menjadi berbayar sebesar 21.000 NTD (14.000 NTD akan disubsidi pemerintah Taiwan) untuk keberangkatan tanggal 17 Oktober 2021 ke atas. 

Namun, aku hanya bisa berangkat dari Jakarta, alhamdulillah Singapore Airlines sudah dapat menerima penumpan Indonesia untuk transit di Singapura sehingga aku bisa berangkat dengan Singapore Airlines. Nah, aku pun membeli Tiket Pesawat di Agoda (3,7 juta saat itu; Singapore Airlines-Scoot), namun sayangnya ternyata hanya bisa 25 Kg dan tidak bisa menambah bagasi karena membeli dari pihak ketiga. Jadi bagi yang ingin membeli tiket Singapore Airlines bisa langsung ke website maskapai saja ya. Dan untuk perjalanan ke Jakarta, aku ingin pergi di pagi hari di tanggal 21 Oktober 2021, namun adikku mengatakan bahwa sebaiknya keberangkatan dilakukan pada Tanggal 20 Oktober 2021 saja. Alhasil aku membeli tiket pesawat sore 20 Oktober 2021 (Airasia) dan Hotel Bandara (Anara Airport Hotel, Terminal 3 Soekarno-Hatta, saat itu aku membayar dengan harga 834 Ribu untuk 2 orang, yah walaupun aku hanya sendiri tetap harus membayar segitu). Namun, tiket Airasia dibatalkan :(, akhirnya aku membeli tiket Citilink (sekitar 800 ribu) untuk tanggal 20 Oktober sore hari. 

Awalnya aku merasa menyesal membeli tiket Singapore Airlines di website ketiga, namun sekarang aku bersyukur, dengan dibatasinya berat bawaan menjadi 25 kg saja, maka aku menghindari membawa barang-barang yang terlalu banyak yang ternyata sangat merepotkan :) plus aku juga tak perlu membayar bagasi tambahan karena perginya bareng dengan teman, sehingga bisa sharing-sharing muatan bagasi, hahahaha. 

Banyak hal yang perlu dipersiapkan, yaitu mensterilkan kedua kucing: Ciko dan Cilos agar adikku mudah mengurus mereka.
Ciko



Cilos


Alhamdulillah sudah disteril. Aku juga harus membeli lagi Koper karena koper yang sudah kubeli (dengan sangat murah, pegangannya lepas :( )

Barang Bawaanku semuanya (kecuali kucing)



Beli Koper di ACE Hardware (Lagi Diskon) Bersama Kak Iin dan Kak Day

Tanggal 19 Oktober 2021, aku melakukan PCR di Laboratorium Klinik Bunda Thamrin karena ada ketentuan rumah sakit/klinik/laboratorium yang diakui Kemenkes dan masuk ke PeduliLindungi. Pada saat itu harga PCR 525.000 Rupiah, aku cek sekitar pukul 12.00 dan hasil keluar sekitar pukul 17.00.

Lokasi Tes PCR Lab Klinik Bunda Thamrin

Then, keesokan harinya berangkat! Mobil aku pesan dari Bapak yang biasa aku langganan mengantar Cilos/Ciko ke dokter hewan. Bersyukurnya aku dikelilingi oleh orang-orang baik, mereka rela jauh-jauh ke Kuala Namu untuk ikut mengantar dan memberi semangat, Masya Allah :).

Bersama Cipto dan Suri (Adik/Adik Ipar)

Bersama Kak Iin, Kak Anim, Kak Ria, Kak Day, dan Kak Fitri

Sesampainya di Jakarta, aku menitipkan barang di Terminal 3 kedatangan domestik Bandara Soekarno Hatta yaitu di .Box. dan berangkat menuju Hotel (yang ternyata harus ditempuh dengan jalan kaki , ahahahah).

.Box tempat penitipan barang dengan harga dihitung berdasarkan jumlah hari dan berat koper, saat itu berat koperku 27 Kg sehingga aku dikenai biaya 70.000/hari; semakin ringan koper/barang yang dititipkan akan semakin murah (aku lupa kisaran harganya, heheheh).

Jadi, dari terminal 3 kedatangan domestik Bandara Soekarno-Hatta, aku berjalan ke arah parkir internasional (bisa tanya sama petugas) lalu di tempat parkir itu ada lift untuk naik ke Lantai 3/2 aku lupa ahahahaha (tanya petugas yang ada di situ saja). Lalu, nanti ada petunjuk jalannya ketika sudah sampai di Lantai 3/2 tersebut. Sebenarnya ada juga hotel kapsul, namun aku memang saat itu mencari hotel bukan kapsul. 

Pemandangan di Bandara Soekarno-Hatta ketika hendak ke Hotel Anara

Perjalanan ke Hotel Anara

Kamar di Hotel Anara, ini sebenarnya untuk dua orang, ahahahah, menurutku dengan harga yang ditawarkan untuk dua orang, maka termasuk murah juga apalagi hotel ini letaknya di bandara dan memang hotel yang mewah

Hal yang cukup unik bagiku, di kamar Hotel ini banyak kaca yang besar-besar

Lemarinya pakai sensor/relay, jadi kalau terbuka langsung menyala lampu

Makanan dari hotel, harganya ya harga hotel, ahahahaha, lebih baik sedia pop mie sih, 

Sarapan yang sudah Include harga kamar hotel, sarapan ini ada dua kotak karena untuk dua orang

Lalu, siangnya karena temanku sudah datang, aku pun menemuinya di terminal kedatangan kembali dan berjalan ke arah terminal kedatangan dan mengambil koper.

Area untuk merokok dekat parkir terminal 3 internasional

Filosofi apa yang ada di desain ini? Cukup menarik

Jadi, kalau berangkat bareng teman itu enaknya bisa share bagasi, heheheh, karena kami ada 3 orang, dan temanku karena laki-laki hanya sedikit membawa barang, jadinya semua koper kami muat di bagasi, ahahahaha. Kami berangkat pukul 19.00. Nah, sebelum berangkat dokumen yang diperiksa: PCR (minimal 2 hari sebelum check-in untuk ke Singapura (transit) dan 3 hari sebelum ke Taiwan (Check in)), Entry Permit dari kampus, dan Screenshot hdhq (website sistem karantina Pemerintah Taiwan).

Entertainment di pesawat Singapore Airlines, namun memang ada saat tidak bisa dimainkan; aku menonton Shaun The Sheep.

Ternyata ada makan gratis sudah include tiket pesawat, kirain bayar dong, ahahahah (biasa naik pesawat Airasia yang tidak include makanan) plus mendapat sepaket handsanitizer, tisue dan masker.

Ketika transit di Singapura, kami dibawa ke ruangan khusus yang transit dan diberi penanda hijau ini bagi yang akan meneruskan penerbangan dengan Scoot ke Taiwan

Beginilah situasi tempat menunggu saat transit dari sekitar pukul 09.30-08.30 keesokan harinya, bisa tiduran kok dan fasilitas lengkap

Mesin penjual makanan, sayangnya kemaren pas mau beli sudah out of order, ahahahah

Sudut lain tempat menunggu, colokan juga banyak

ini eskalator menuju ke luar ruangan menunggu

Tersedia tempat minum air isi ulang, panas, dingin, hangat

ada tempat bermain juga dong biar ga bosan

counter penjaga, saat kami datang di counter ini beneran ada penjaganya, namun tak lama kemudian semua penjaga naik ke atas

Jadi, di tempat menunggu tersebut, nomor pesawat yang akan berangkat akan dikabari sehingga para penumpang dapat langsung mengikuti instruksi menuju gerbang keberangkatan, bahkan petugas akan benar-benar memeriksa apakah semua penumpang sudah masuk pesawat. 

Pemandangan dari jendela ruangan menunggu (1): langitnya bagus

Pemandangan dari jendela ruangan menunggu (2): langitnya bagus


Berangkat dengan Scoot ke Taiwan: benar-benar menerapkan protokol kesehatan

Sama seperti di Singapore Airlines, akan mendapat sepaket alat handsanitizer, makan gratis (bersertifikat halal)

di Scoot ada selimut gratis juga

ini sebenarnya barcode untuk mendapat wifi namun aku tidak berhasil dapat, ahahahah

Sesampainya di Taiwan, kami sudah ditunggu mahasiswa Indonesia lain yang menjadi panitia dan kami menunggu sms dari Pemerintah Taiwan. Nah, disini ada sedikit drama kehidupan, ahahahah. Jadi, ternyata agen tempat aku membeli simcard belum mengaktifkan kartuku karena dia pikir aku berangkat bersama teman satu kerjaan. Namun, di bandara aku harus cepat kan, jadinya aku beli simcard saja dan daftar ulang.  Namun, agen itu sudah berjanji akan mengembalikan uangku dan aku akan mengirim simcard nya kembali ke tempat mereka di Taiwan.

Welcome to Taiwan!!

Perjalanan menuju tempat karantina (aku dikarantina di Kabupaten Nantou, 2,5 jam dari Bandara, 1680 NTD, harga ini sudah disubsidi pemerintah dan kampusku menyediakan subsidi lagi)

Kamar karantina, sebelah kanan itu kamar mandi (entah kenapa sebaik aku datang, kamar mandi ini mengeluarkan aroma tidak sedap)

lemari pakaian

Kamar mandi, tidak ada semprotan air, jadi untungnya aku bawa bidet portabel (saran dari teman)


Bidet Portabel dapat dibawa di negara-negara yang tidak menyediakan semprotan air di dalamnya (bisa dibeli di Shopee dengan kata kunci bidet portabel/portable bidet; kemaren aku beli dengan harga sekitar 60 ribuan)


di ujung ruangan ada balkon tetapi tidak boleh ke luar kamar

lengkap, seperti hotel, ada tempat menjemur pakaian juga

ini meja belajar dan tempat tidur

disediakan aqua

disediakan alat mandi dan mencuci baju

Ada alat pemanas air juga

Ada snack juga, sayangnya satu mie adalah rasa "pork" ahahahah

Pemandangan di luar jendela kamar

Jadi pada saat sampai di tempat karantina, petugas akan memberikan ID Line sebagai sarana komunikasi dan pelaporan suhu tubuh setiap hari, selain itu kita wajib mengisi Google Formulir di malam itu (untuk menuliskan diet makanan kita juga). Suhu tubuh perlu diukur setiap pukul 7.00 dan pukul 14.00 dan dilaporkan melalui Line tersebut. Jika ada keperluan maka kita bisa memintanya melalui Line tersebut.

Petugas juga akan memeriksa tas kita apakah kita membawa benda tajam yang berbahaya atau obat-obatan, untungnya guntingku bisa lolos, ahahaha dan diperbolehkan dibawa. Obat-obatanku juga bisa lolos namun aku tidak boleh konsumsi selama karantina. 

Jadi, Taiwan ini sangat steril sehingga dimana-mana kita akan didisinfektan, aku didisinfektan begitu akan masuk taksi (3 kali dong), lalu ketika di tempat karantina, ketika aku memengang benda dari temanku, maka aku juga didisinfektan, ahahahahah. Lalu, petugasnya setiap sehabis pegang passpor atau benda dariku langsung menyemprotkan disinfektan ke tangannya yg sudah dipakaikan sarung tangan karet. Petugasnya juga tidak mau satu lift dengan kita dong ketika mengantar, ahahahaha.

Pengumuman akan diberikan setiap kali petugas mengantar makanan di depan pintu atau jam membuang sampah dan jam mengecek suhu. Pengumuman tersedia dalam banyak bahasa: Bahasa Mandarin, Inggris, Indonesia, Vietnam dan Thailand, sesuai dengan negara orang yang dikarantina, sangat bersahabat bukan? hehehehe.

Jadi, ketika petugas meletakkan makanan di meja kecil depan kamar kita, petugas akan mengumumkannya dan kita tidak boleh membuka pintu saat itu, kita baru boleh mengambil makanan yang diletakkan  di depan kamar jika petugas mengumumkan bahwa sudah saatnya kita mengambil makanan tersebut. karena kamar bernomor ganjil dan genap berhadap-hadapan, maka petugas meminta kamar nomor ganjil terlebih dahulu mengambil makanan baru setelah itu kamar bernomor genap. Jadi, kita benar-benar tidak bisa bertemu siapapun, ahahahah.

Matahari Tenggelam dari Jendela Kamar

Makanan Vegetarian di Lokasi Karantina

Sarapan yang aku suka: Kue Lobak

Tips: Buat teman-teman yang mau ke Taiwan, sebaiknya bawa cok sambung juga dan ga perlu khawatir karena cok sambung itu hanya pengantar arus saja meski tegangannya beda dengan Indonesia, tetap dia hantarkan, sangat membantu lho karena biasa colokan di asrama itu hanya satu aja, jadi kalau pakai cok sambung indonesia, ga perlu banyak-banyak bawa konverter universal kan?



Comments

  1. Bagus sekali tulisan nya bu tari menambah pengetahuan persiapan studi lanjut...

    ReplyDelete
  2. Buat semangat lanjut kuliah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga kita dimudahkan menjadi PhD ya, aamiin ya Rabbal'alamin

      Delete
  3. Wahhh..... Mantap nih

    Bakalan jadi blogger terkenal di kota Medan. Amin....😁😁

    ReplyDelete
  4. Wowww...keren lah dek.. Semoga kk bisa mengikuti jejak tari.. Aminnn..

    ReplyDelete
  5. semoga sehat, dimudahkan dan selalu dalam lindungan Allah, dan sukses dunia akhirat, Aamiin

    ReplyDelete
  6. Bacanya berasa ngobrol ya bu tari... :) semoga selalu dimudahkan dan dilancarkan setiap urusannya ya bu tari...

    ReplyDelete

Post a Comment