Salah satu tridharma perguruan tinggi adalah melaksanakan pengabdian kepada masyarakat; jadi setiap tahunnya setiap orang yang berprofesi sebagai dosen harus melaksanakannya. Kali ini aku akan berbagi pengalaman dalam melaksanakan pengabdian masyarakat ini.
Jeruk yang dihasilkan dari perkebunan jeruk Desa Narigunung 1, rasanya manis dan segar |
Sebelum aku menceritakan tentang pengalamanku, aku ingin menjelaskan bahwa tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini sebenarnya adalah untuk menyelesaikan permasalahan di masyarakat oleh akademisi. Maksudnya disini adalah pemerintah melalui perguruan tinggi meminta para akademisi untuk dapat menyalurkan pengetahuan yang diteliti di perguruan tinggi untuk dapat diaplikasikan langsung ke masyarakat. Sehingga masalah di masyarakat dapat perlahan-lahan diselesaikan oleh akademisi dengan cara yang tepat.
Nah, sesuai dengan tujuan tersebut, pada tahun pertama aku mendapatkan dana pengabdian dari Universitas Sumatera Utara untuk melaksanakan pengabdian masyarakat di Desa Narigunung 1 Kabupaten Karo. Mediasi dengan perangkat desa aku lakukan melalui bantuan salah seorang mahasiswa yang memang berasal dari desa tersebut (Ardi). Masalah di desa tersebut adalah lalat buah yang menyerang jeruk mereka sehingga mereka menderita kerugian yang besar; bahkan beberapa warga beralih profesi menjadi petani kopi atau jagung. Lalat buah tersebut meletakkan telurnya di bawah kulit jeruk yang sudah hampir matang dan menjadikannya busuk hingga jatuh, dan jeruk yang jatuh tersebut jika tidak dibersihkan maka akan menyebabkan larva lalat tersebut berkembang biak dan menjadi lalat baru.
Jeruk yang terinfeksi lalat buah |
Untuk mengatasi hal tersebut, aku pun mengusulkan untuk memasang alat pengusir lalat buah dengan memanfaatkan pancaran gelombang ultrasonik (gelombang suara dengan frekuensi di atas 20.000 Hertz). Alat seperti ini sudah banyak diteliti dan diperjualbelikan secara bebas untuk mengusir berbagai hama seperti lalat rumah, nyamuk dan tikus. Aku pun meminta salah seorang teman (Fathur) untuk membuat alat yang memang dirancang di daerah perkebunan (laporan tentang alat ini akan aku seminarkan di Unimed November ini, insyaAllah).
Bulan Agustus 2019 pun kami berangkat bersama-sama menuju desa tersebut, kegiatan yang akan kami lakukan selain pemasangan alat adalah penyuluhan kepada masyarakat tentang bagaimana sebenarnya cara mengatasi masalah lalat buah yang akhir-akhir ini menyerang perkebunan jeruk warga. Acara penyuluhan diadakan di jambur desa, sedangkan pemasangan dilaksanakan di kebun percontohan milik Bapak Ginting.
Selain memasang alat, kami juga memberikan petrogenol, cairan khusus pemikat lalat jantan, beserta perangkap berbentuk Steiner termodifikasi dari botol aqua. Cairan tersebut secara eksperimen yang dilakukan oleh banyak petani terbukti banyak menangkap lalat dalam satu hari. Hasil dari penggunaan petrogenol ini telah dipublikasikan dalam Seminar Nasional Pengabdian Masyarakat ke-VI yang dilaksanakan Oktober 2019 di Fakultas Pertanian USU.
Kegiatan pengabdian berlangsung dengan lancar dan kami sangat senang dengan antusiasme warga dalam mengikuti rangkaian acara. Bahkan salah seorang warga meminta kami untuk mencari penyelesaian masalah lumut yang tumbuh subur di batang pohon jeruk yang sudah tua.
Berfoto bersama Pemilik Kebun Jeruk |
Bapak Ginting selaku tuan rumah dengan berbaik hati memberikan kami kesempatan untuk memetik jeruk di kebunnya sebanyak yang kami mau; namun, karena kami kurang pintar memetik jeruk, hanya sedikit yang kami petik hingga Bapak Ginting membantu kami memetik dan kami pun pulang dengan membawa berkilo-kilo jeruk.
Kegiatan memetik jeruk dengan kebaikan dan keramahan pemilik kebun |
Meskipun pengabdian sudah selesai, namun keberhasilan alat seyogyanya harus terus dipantau. Hingga saat ini kami belum ada kesempatan untuk memantau karena adanya wabah Corona. Berita tentang pengabdian masyarakat yang kami lakukan juga diberitakan pada situs berita online: https://www.gosumut.com/berita/baca/2019/11/21/dosen-dan-mahasiswa-fisika-fmipa-usu-ciptakan-alat-pengusir-hama-dan-lalat-buah
Comments
Post a Comment