Sedari kecil aku sangat suka membaca buku, entah kenapa, aku pun tak tahu. Kelas empat SD aku berulang kali membaca buku IPA, bukan untuk belajar, hanya sebagai kesenangan saja (tetapi, aku tak pernah khatam buku IPS tak tahu mengapa). Kesenanganku ketika datang ke rumah nenekku adalah membongkar rak buku pamanku yang isinya tidak banyak (kebanyakan buku paduan bertani), tetapi ternyata mengandung harta karun yang sangat berharga: satu buku novel seri lima sekawan karya Enid Blyton berjudul Rahasia Logam Ajaib yang sampul beserta beberapa halaman depannya sudah robek. Sejak itu aku menjadi terobsesi menjadi penulis buku cerita yang tidak pernah kesampaian (sampai saat ini), hidup memang tak dapat diduga-duga.
Bacaan favoritku ketika SD adalah majalah BOBO, majalah ANANDA, buku karangan Enid Blyton, buku paket Bahasa Indonesia, berbagai buku cerita rakyat dan berbagai buku terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yang ada tulisan: Tidak Untuk Diperjualbelikan pada sampul depannya. Menanjak ke SMA, aku mulai terobsesi membaca novel-novel sastra klasik Indonesia dengan buku favorit: Sitti Nurbaya, Robert Anak Surapati, Atheis dan Padang Ilalang di Belakang Rumah. Untuk buku Robert anak Surapati dan Padang Ilalang di Belakang Rumah, aku sampai membacanya berulang kali. Aku menyukai gaya bahasa mereka dan khusus untuk novel Padang Ilalang di Belakang Rumah aku sangat suka penggambaran latar belakang cerita yang sangat menarik dan membuatku berkhayal-khayal hidup di suatu desa pada zaman selepas Indonesia Merdeka. Selain itu, satu buku self-improvement yang selalu kubaca ulang dan kupraktekkan adalah buku berjudul Bagaimana Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang Lain karya Dale Carnegie, yang membuatku terobsesi mengajak berbicara orang-orang dimana saja hingga dengan tanpa merasa bersalah mengajak cerita seorang kakak yang sedang mengerjakan skripsinya di warnet (itu terjadi karena si kakak meminjam komputer yang sedang kugunakan, bukan salahku). Sungguh dahsyat efek sebuah buku! Oh iya, selain itu aku juga membaca buku-buku pengetahuan dan perkembangan teknologi yang membuatku sangat ingin berkuliah di Jerman (namun sekarang aku tak ingin lagi kuliah di sana, mungkin aku perlu membaca lagi buku-buku itu).
Semasa kuliah, bacaanku adalah berbagai buku agama dan self-help di perpustakaan USU, juga berbagai buku fisika (karena ada tugas) yang seingatku semuanya biasa saja. Tetapi, seorang teman memprovokasi kami untuk membaca buku Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi karya Andrea Hirata yang membuat kami membaca lagi novel-novel karangan beliau. Aku sangat suka dengan gaya penulisan dan gaya bercanda Andrea Hirata: sungguh aku sekali. Hingga bukunya yang berjudul Edensor meniupkan angin mimpi untuk dapat melanjutkan kuliah ke luar negeri (mungkin ke Jerman?). Sungguh menakjubkan efek sebuah buku!
Ada suatu ketika, selepas aku tamat kuliah (dan belum melanjutkan kuliah ke luar negeri), aku menemukan harta karun di Perpustakaan Daerah Sumatera Utara, Medan, Indonesia tercinta, yaitu buku karya fisikawan Indonesia : Hans J. Wospakrik, seorang dosen ITB, dengan judul: Dari Atomos Hingga Quark. Mengapa aku menyukainya? Karena gaya bahasa beliau yang sangat-sangat mudah dipahami dan memprovokasi untuk belajar fisika. Kalau teman-teman pernah membaca buku sains populer: Kalau Einstein Lagi Cukuran Ngobrolin Apa Ya? yang merupakan hasil terjemahan dari karya Robert L. Wolke, maka buku karya Hans J. Wospakrik jauhhh lebih bagus penuturannya. Tak heran jika kelas beliau selalu diisi penuh oleh mahasiswa yang bahkan sebenarnya tidak mengambil mata kuliah beliau, cara beliau menjelaskan sesuatu pasti sangat bagus. Sayangnya buku ini langka, dan aku juga sedang berusaha mencari lagi buku ini secara online, tetapi belum menampakkan hasil. Jika teman-teman ada yang menemukannya, mungkin bisa tolong hubungiku, hehehe. Demi membaca buku beliau, impianku untuk lanjut kuliah pun naik lagi, aku ingin menemui guru seperti beliau, aku harus mencarinya!
Selanjutnya selain buku-buku di atas, aku menemukan beberapa buku yang sangat berpengaruh ke dalam sanubariku, yaitu:
- Life Lessons: Mencintai Kehidupan yang Kita Jalani. Buku ini merupakan kumpulan kisah yang dirangkai dengan sangat baik oleh Jack Canfield, Mark Victor Hansen, Jennifer Read Hawthorne. Meskipun merupakan hasil dari translasi tetapi buku ini benaraku pada dasarnya sangat menyukai kebanyakan bahasa translasi. Aku membaca buku ini ketika masih menjadi guru sekolah menengah pertama di kotaku, di sela-sela kesibukan yang padat menjadi seorang guru, ditambah kejenuhan akan beban pekerjaan yang tiada henti, buku ini menjadi sesuatu yang menyegarkan pikiran dan melepaskan jerat-jerat beban kehidupan di hatiku. Aku menjadi segar kembali setelah membaca buku ini dan sangat menganjurkan orang-orang yang sedang jenuh untuk membaca buku ini.
- The Art of Teaching karya Jay Parini. Lagi-lagi buku ini kubaca ketika masih berstatus sebagai guru sekolah. Aku menemukannya secara tidak sengaja di sebuah toko buku di dekat rumahku, Toko Buku Gapura. Demi membaca sinopsisnya yang bertuliskan, 'kegagalan-kegagalan yang dialami terasa sangat bermakna sehingga digambarkan sebagai, "menyobek-nyobek kegagalan di tahun sebelumnya dan melemparkannya keluar lewat jendela yang serpihannya seperti potongan kertas (confetti) yang kita gunakan di pesta-pesta', aku langsung membeli buku ini. Nyatanya Jay Parini adalah seorang professor di bidang sastra dan bahasa, sehingga cara bertuturnya di dalam buku ini sangat menarik hatiku, buku ini bercerita tentang pengalamannya menjadi seorang dosen sastra di Amerika, dan bagaimana beliau mengadakan pengajaran, diskusi, dan juga menulis buku. Sungguh menarik. Ditambah lagi beliau sedikit bercerita tentang Robert Frost yang terkenal itu.
- Rahasia Ketajaman Mata Hati karya Imam Ghazali. Buku ini sangat mengena di hatiku ketika membacanya, perasaan spiritual ini tak dapat kuungkapkan dengan detail, tetapi buku ini menjadikanku lebih ingin dekat dengan Allah dan menjadi lebih baik. Cara penuturannya sangat bagus dan lembut sehingga aku tak merasa digurui, namun aku ingin menjadi seperti yang dituliskan di buku tersebut: menjadi orang yang lebih baik. Buku ini sangat kusarankan untuk dibaca para muslim/muslimah sekalian.
- Berani Mengubah karya Pandji Pragiwaksono merupakan buku yang sangat memotivasiku untuk memahami situasi politik, sosial, ekonomi di Indonesia dan melakukan suatu perubahan sekecil apapun untuk Indonesia yang lebih baik. Cara berpikir Pandji yang anti-mainstream cukup sesuai dengan pemikiranku, meskipun ada beberapa bagian yang kurasa terlalu lugas untuk disampaikan. Tetapi, buku ini secara keseluruhan sangat memotivasi para pemuda untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan Indonesia. Aku sangat menyarankan untuk membaca buku ini.
- Room to Read karya John Wood. Buku ini sebenarnya kudapatkan ketika ada bazar buku murah dan harganya juga sangat murah, tidak setara dengan kualitas tulisannya yang menurutku sangat bagus. Sebagai mantan pegawai senior di Microsoft, John Wood memiliki kemampuan yang sangat bagus untuk bercerita tentang bagaimana beliau membentuk suatu organisasi nirlaba Room to Read yang membagikan buku-buku ke seluruh dunia (awalnya hanya di Nepal). Meskipun ada beberapa hal yang diungkapkannya tidak kusetujui, tetapi secara keseluruhan aku sangat menikmati membaca buku ini dan termotivasi untuk melakukan hal yang serupa dengan beliau (meski belum kesampaian).
Sebenarnya, masih banyak list buku yang sangat aku sukai, tetapi sepertinya akan kubagi di lain waktu. Untuk melihat update buku yang sedang kubaca, bisa mengunjungi akun goodreads disini.
Comments
Post a Comment