Skip to main content

Novel Padang Bulan: Membuatku (Agak) Paham Soal Cinta

Dari dulu hingga kini aku kerap bertanya-tanya soal cinta kepada banyak orang hingga teman sekosku pernah merasa heran dengan pertanyaanku. Sepertinya 'cinta' ini dapat menimbulkan berbagai efek: baik efek positif maupun efek samping bagi orang yang sedang dilanda olehnya. Dan novel Padang Bulan karya Andrea Hirata membuatku agak sedikit mengerti tentang cinta (37.5%), mungkin setelah aku membaca novel berikutnya yang berjudul: Cinta di Dalam Gelas, aku dapat lebih mengerti lagi (tentang cinta) (75%), dan sisanya harus kujalani sendiri agar dapat paham (100% mungkin).


Dari dulu aku memang menyukai novel-novel karya Andrea Hirata, mulai dari novel pertamanya yang fenomenal: Laskar Pelangi hingga Edensor, sedang Maryamah Karpov aku belum sempat membaca hingga tuntas. Hal yang kusuka dari novel-novel beliau adalah gaya bahasanya yang tidak biasa: sederhana tetapi kompleks akan makna. Terkadang aku merasa beliau sedang menyindir sesuatu, tetapi dengan cara yang elegan hingga tak menimbulkan kontroversi. Satu hal lagi, aku jujur saja: Novel Edensor benar-benar membuatku ngotot untuk dapat melanjutkan kuliah ke luar negeri. 

Untuk novel Padang Bulan, demi membaca bab pertama saja sukses membuatku penasaran, apalagi jalan cerita yang berbeda-beda muncul di tiap bab, antara cerita tentang Enong dan cerita tentang tokoh 'Aku', tetapi tetap saja pada akhirnya keseluruhan novel berada pada jalur cerita yang sama. Demi membaca novel ini, aku mengerti akan adat Melayu yang suka memberikan panggilan 'Boi' kepada pemuda layaknya 'Lae' dalam bahasa Batak, 'Pal' dalam bahasa Karo. Aku sendiri sering memanggil 'Boy' ke adikku (tanpa kusadari, kami lebih menggunakan adat Melayu dibanding adat Jawa). 

Selain masalah pengenalan budaya Melayu pada novel ini, aku sangat suka bagian yang menceritakan tentang 'ulang tahun' pada Bab 10. Selain sangat kocak, bagiku hal ini juga memberikan suatu keterangan singkat: Jelas sekali budaya merayakan ulang tahun ini berasal dari budaya luar. Dan akhir cerita tentang 'ulang tahun' ini sukses membuatku terpana (akan keliaran khayalan anak-anak tersebut).

Beberapa kalimat juga muncul tak terduga-duga yang membuatku senyum-senyum sendiri, seperti :

"Ia bosan, guru-gurunya bosan, orangtuanya bosan, menteri pendidikan bosan, ia berhenti sekolah"

juga pada penggalan surat dari perusahaan alat peninggi badan Ortoceria berikut:

"Jangan cemas, kami telah melakukan peningkatan mutu keselamatan pada alat peninggi badan itu dan telah sukses melalui percobaan pada monyet. Terbukti monyet-monyet tersebut bertambah jangkung dan tak seekor pun tercekik"

Dan pada bagian:

"Keluar dari sebuah lingkaran yang kecil: omelan Ibu saban pagi, pengangguran berkepanjangan, dan menjelek-jelekkan pemerintah di warung kopi, harusnya membuatku gembira. Lingkaran besar yang aku ingin menerjunkan diri di tengah pusarannya sekarang adalah: bekerja di Jakarta, mengejar karir, melihat kesempatan untuk melanjutkan sekolah, bekerja dengan memakai dasi, menjelek-jelekkan pemerintah di kafe."

Aku juga mendapat sedikit ilmu tentang catur, burung pekatik, dan bahkan burung merpati yang ternyata bisa sebagai pengantar surat. 

Satu hal lagi yang kusuka dari novel tersebut adalah puisi dalam novel yang berjudul Moon over my obscure little town.  

Overall: Good to read, :)

(Medan, Lebaran hari ke-3)




Comments