Skip to main content

Pengalaman Saya Menjadi Muslim di Taiwan (Puasa)

"Fasting is not about a diet of burning calories. It is about burning ego, pride, and sins"
Sudah dua kali aku menjalani puasa di Taiwan, artinya sudah dua kali merasakan lebaran di sana, beserta Idul Adha juga. Mengenai waktu berpuasa, puasa di Taiwan akan lebih lama satu jam dibandingkan di Indonesia.


Hal yang pertama sekali kulakukan dalam menyambut Ramadhan adalah dengan mempersiapkan diri dengan jadwal imsakiyah ramadhan. Jadwal ini aku peroleh dari mesjid di Taichung (berjarak 25 menit saja dari NCHU) dan dengan paduan jadwal tersebutlah aku mengatur jam-ku agar dapat berdering sebelum subuh menjemput. Selanjutnya memang aku harus ekstra disiplin dalam bangun sahur. Pernah beberapa kali aku ketiduran dan terbangun ketika subuh tiba, alhasil aku pun tidak sahur. Jika sudah demikian biasanya aku akan menghindari kegiatan praktikum yang berat dan lebih memilih belajar di ruang asisten, walau sesekali kubarengi dengan melakukan praktikum ringan. 

Mengenai santap sahur, biasanya aku akan membeli nasi kepal berisi ikan yang dibungkus dengan rumput laut kering (onogiri) yang biasa dijual di 7/11 dekat asrama. Nah, ketika aku sudah bisa memasak dengan alat memasak sendiri, aku biasanya akan menyiapkan nasi dan martabak mie ketika malam tiba untuk dapat disantap saat sahur. Terkadang juga aku mendapatkan sambal teri dan kacang yang dapat disimpan dalam jangka waktu lama untuk makanan sahurku. Jadi menu sahurku sebenarnya hanya itu-itu saja: onogiri, nasi+martabak mie, atau nasi+sambal teri kacang. Pada dasarnya, jika aku lebih rajin lagi aku bisa memasak yang lainnya, tetapi sebagai mahasiswa yang selalu merasa sibuk, hanya menu itu yang bisa kusiapkan, hehe.

Untuk makanan berbuka, di tahun pertama aku biasa membeli di sebuah warung makan vegetarian dekat asrama dan di tahun kedua, aku biasa menyiapkan makanan berbuka sendiri dengan memasak di ruang asisten laboratorium. Masakan yang dapat kumasak tentunya bervariasi tetapi hanya dalam bentuk rebusan karena sangat tidak etis bagiku untuk menumis atau menggoreng di ruang asisten (asap hasil tumisan atau gorengan pastinya akan menyebar kemana-mana tanpa bisa dicegah). Sebenarnya setiap hari, mesjid Taichung akan menyediakan makanan berbuka gratis yang sangat nikmat (menunya pun sekelas restoran mewah), tetapi aku sangat malas untuk bergerak (mager) sehingga aku hanya akan datang pada saat ada acara buka bersama dengan teman-teman saja. 

Dapur mini di ruang asisten laboratorium: alatnya lebih lengkap dari di rumahku, hahaha

meja memasak di ruang asisten laboratorium tempatku biasa memasak makanan sahur dan berbuka

Meja kerja+meja makan+meja nonton+meja belajar di ruang asisten laboratorium

Shalat tarawih biasanya hanya akan kulakukan di asrama saja, walaupun jarak mesjid ke kampusku sebenarnya hanya 25 menit dengan bus. Karena aku sebenarnya agak takut pulang malam sendirian, walaupun Taiwan itu sebenarnya sangat-sangat aman. Nah, disini ada perbedaan cara pengerjaan shalat tarawih, yaitu pada bagian witir-nya karena mereka menganut mahzab yang berbeda dari Indonesia. Ceramahnya juga dengan bahasa Mandarin. Aku hanya beberapa kali ikut shalat tarawih di mesjid Taichung. 

Adakah Buber di Taiwan? Ada, biasanya buber adalah agenda rutin dari organisasi mahasiswa Islam di Taiwan: FORMMIT, yang merupakan singkatan dari Forum Mahasiswa Muslim di Taiwan. Jadi, beberapa kali aku berbuka di mushala di kampus CTUST bersama teman-teman muslim lainnya. Rasanya sungguh menyenangkan, kami biasanya akan menginap di CTUST (kamar asrama mereka sangat besar dan mewah layaknya hotel). Terkadang kami juga buka bersama di mesjid dan menginap di mesjid. Sungguh pengalaman yang sangat menyenangkan. 

Bagaimana dengan pandangan orang Taiwan mengenai puasa ini? Awalnya mereka bertanya-tanya mengapa aku berpuasa dan bagaimana caranya berpuasa. Biasanya aku akan menjawab bahwa aku berpuasa karena itu adalah perintah Tuhan dan agar manusia berusaha menyucikan dirinya dari rasa sombong dengan turut merasakan rasanya tidak makan dan minum. Lalu, aku mengatakan bahwa aku berpuasa dengan menahan diri dari makan, minum, juga dari amarah. Jadi terkadang juniorku-Vicky-suka menggodaku agar aku tidak marah, hehehe. 

Satu hal yang sangat kuingat adalah respon positif dari seniorku-eden, dan teman Vietnam-Le Thantao. Eden yang setelah bertanya-tanya mengenai Islam denganku lalu membagi sebuah video perkenalan Islam dalam Bahasa Mandarin yang sangat bagus di FB-nya agar orang-orang Taiwan lebih mengetahui tentang Islam. Le Thantao yang setelah mengetahui aku berpuasa langsung googling untuk melihat manfaat puasa dan dia mengatakan bahwa menurut sebuah artikel yang dibacanya, pakar kesehatan mengatakan bahwa puasa itu diperlukan tubuh.

Sangat menyenangkan rasanya untuk dapat merasakan puasa di negeri orang, sepertinya kalian juga harus mencoba, :)

Comments