Silaturahim memang banyak memberikan rezeki, beberapa hari lalu saya mendapatkan kesempatan yang sangat baik sekali untuk dapat banyak belajar dari orang-orang sukses. Pada saat itu, saya yang merupakan salah satu tim pengajar di The English House (TEH) Medan dan Mutiara Talenta Publisher (MTP) melakukan kunjungan ke Universitas Harapan (UNHAR) Medan dalam rangka penawaran kerjasama. Saat itu, Bu Meutia Verayanti dan Pak Saharman Gea selaku pemilik kedua perusahaan tersebut ikut bersama kami (Saya, Yasir, dan Veros) untuk mengajari kami bagaimana caranya bernegosiasi dalam menawarkan suatu program kerja. Kami sangat bersyukur karena akan bertemu dengan rektor UNHAR langsung yang ternyata dahulunya pernah satu organisasi dengan Pak Gea di HMI. Sehingga penawaran kerjasama pun berlangsung dengan kekeluargaan.
Kunjungan ke UNHAR bersama TEH dan MTP |
Awalnya saya mengira bahwa penawaran kerjasama ini hanya berlangsung sekitar satu jam saja. Ternyata perbincangannya memang benar-benar kekeluargaan sehingga berlangsung hingga tiga jam. Dari pembicaraan mereka, saya mendapat banyak sekali masukan-masukan bijaksana yang memotivasi dan menginspirasi saya hingga rasanya saya juga ingin membaginya dengan orang-orang melalui tulisan ini.
Pertama: Petuah dari Prof. Ritha Fatimah Dalimunthe selaku rektor UNHAR kepada kami yang lebih muda untuk selalu menanamkan mind set tentang sukses dan rela berkorban karenanya. Beliau mengatakan bahwa uang itu akan didapatkan belakangan, jadi jangan takut kekurangan ketika kita masih berjuang untuk menggapai sukses tersebut. Memang seringnya orang-orang muda seperti saya tidak sabaran dalam menggapai sukses (atau hanya saya saja). Sukses itu tidak didapat dengan instan, meskipun demikian kita harus terus berjuang walaupun bertahun-tahun. Beliau lalu menceritakan keteguhan hati salah satu mahasiswanya dalam menggapai sukses pada apa yang dicita-citakannya walaupun banyak orang mengatakan bahwa akan sulit baginya menggapai cita-citanya.
Juga, jangan takut untuk rela berkorban untuk menggapai sukses. Beliau pun menceritakan pengalamannya dalam belajar dengan dosennya yang sudah bergelar profesor ketika masih berkuliah dahulu. Dia rela dosennya itu menyuruh-nyuruh beliau walaupun untuk hal-hal yang seharusnya bukan pekerjaan mahasiswa (seperti membawakan tas dosennya), tetapi beliau tetap berlapang dada karena beliau selalu ingat pesan ayahnya, "jika ingin sukses, maka ikuti orang yang sukses". Alhasil, beliau dapat belajar banyak dari dosennya tersebut dan menjadi guru besar. Dosennya itu pun sayang kepada beliau.
Kedua: Petuah dari Pak Saharman Gea, Ph.D untuk berpikir kreatif dan mengambil kearifan lokal dalam melakukan penelitian. Beliau memberikan contoh Erupsi Gunung Sinabung yang telah berlangsung bertahun-tahun, tetapi hanya sedikit penelitian internasional tentang Gunung Sinabung yang terpublikasi. Padahal hal tersebut memiliki 'novelty' yang tidak dimiliki negara lain. Memang saat ini, saya melihat ada banyak peneliti di USU dari berbagai bidang keilmuan yang mulai menyelidiki tentang Gunung Sinabung. Salah satu dosen saya menyelidiki karakteristik abunya, yang lain menjadikan abu tersebut sebagai bahan penguat plastik, juga dosen kedokteran ada yang menyelidiki tentang pengaruh abu tersebut ke paru-paru masyarakat sekitar, sedangkan dari ilmu sosial menyelidiki tentang peran wanita pada masyarakan selama terjadinya erupsi. Semua penelitian tersebut sungguh menarik. Kearifan lokal memang perlu, Indonesia itu luas dan kaya, tetapi sepertinya kita jarang melihat ke diri sendiri (atau memang kita tidak betul-betul mengenali negara kita). Kasus lain yang beliau paparkan, garis pantai Indonesia panjangnya kedua terpanjang di dunia setelah Brazil, tetapi di Sumatera sendiri belum ada universitas yang menyelenggarakan departemen hukum kelautan.
Selanjutnya, beliau memaparkan bahwa untuk menjadi orang sukses kita harus mempunyai kekhasan ilmu tersendiri yang belum dimiliki orang lain di tempat kita bekerja (jadilah orang spesial), jangan menjadi bayang-bayang orang lain yang sudah lebih dahulu sukses. Beliau menceritakan pengalamannya ketika hendak melanjutkan kuliah S3 di Inggris, dosen beliau mengatakan bahwa beliau mungkin dapat mengambil spesialisasi bidang ilmu yang sama dengan dosennya itu. Namun, beliau menolak dan mengatakan bahwa beliau ingin mempelajari sesuatu yang berbeda dari dosennya tersebut, jika tidak, maka sepulang dari Inggris beliau akan terus berada di bayang-bayang dosennya yang sudah menjadi guru besar. Beliau mengatakan bahwa sepulang dari Inggris, beliau ingin membawa ilmu yang belum ada di USU hingga dosennya itu pun juga dapat belajar ilmu tersebut dari beliau.
Demikianlah petuah-petuah para guru yang sangat memotivasi bagi saya hingga energi motivasi di tubuh saya pun rasanya bertambah, keluh kesah pun menguap. Memang, sungguh menyenangkan untuk belajar dari para guru tentang kebijaksanaan hidup. Semoga banyak dari generasi muda nantinya bijaksana dan dapat menularkan kebijaksanaannya seperti mereka.
Medan, 1 Maret 2018
Comments
Post a Comment