Skip to main content

Belajar Mempublikasi Paper Bersama Dosen Saya (NCHU Taiwan dan USU Indonesia)

Saya masih teringat bahwa ketika lulus dari S1 saya pernah meminjam buku tentang bagaimana mempublikasi jurnal di Perpustakaan Daerah Medan. Bahkan, saya bukan saja hanya membacanya, tetapi juga mencatat dan membuat ringkasan tentang cara-cara menerbitkan jurnal yang diberikan di buku tersebut. Saat itu memang publikasi kertas (paper) tidaklah sepopuler sekarang. Saya memang berniat untuk mempublikasi paper, apapun itu, tetapi memang saat itu saya melihatnya sebagai hal yang cukup jauh untuk saya capai. Apalagi saya baca dari buku tersebut, sepertinya publikasi paper itu tidak gampang. Tetapi, Allah Maha Mendengar, bahkan suara sekecil apapun di dalam hati. Allah memberikan saya kesempatan untuk belajar sekaligus mempublikasi hasil penelitian saya di Taiwan. 

Supervisor saya di Taiwan bernama Prof. Ming-Way Lee, beliau adalah ahli dalam bidang optoelektronik dan sekarang beliau fokus pada bidang Quantum-Dots Sensitized Solar Cells (QDSSCs). Beliau adalah seseorang yang sangat ramah, santai, namun tetap fokus dan disiplin. Saat saya menjadi bimbingannya, saya sering disuruh oleh beliau untuk membuat gambar atau grafik untuk publikasi paper bersama teman-teman satu lab lainnya, juga untuk melakukan proofreading. Beliau mengatakan bahwa hal-hal seperti itu kami perlukan untuk karir kami kedepannya. 

Dari pengalaman tersebut saya belajar mempergunakan software Origin untuk membuat grafik-grafik, bahkan saya lebih dapat menggunakannya dibanding membuat grafik di Ms.Excel. Hasil grafik dari Origin dapat kita simpan dalam format .TIF atau .JPEG (Dua format yang kebanyakan diperbolehkan di jurnal-jurnal internasional bereputasi tinggi) dengan resolusi tinggi. Jadi, saya sarankan bagi yang ingin membuat grafik untuk publikasi paper dapat belajar mempergunakan software ini. Apalagi, jika kita ingin membuat grafik-grafik semacam pola XRD atau FTIR, otomatis kita memerlukan software ini. 

Selanjutnya, beliau selalu menekankan pentingnya 'novelty' pada penelitian kita. Jadi, memang sebelum kita berniat meneliti dan mempublikasi penelitian kita, kita harus banyak membaca jurnal-jurnal terbarukan pada bidang yang kita tekuni untuk melihat perkembangan penelitian dan hal terbaru apa yang dapat kita buat. Jika kita tidak melakukan hal tersebut, maka bisa jadi apa yang kita teliti ternyata sudah pernah diteliti oleh orang lain dan hasilnya tentunya akan sulit bagi kita untuk menerbitkannya di jurnal internasional bereputasi tinggi. Untuk mencari jurnal-jurnal referensi pilihan, bisa buka: Google Scholar atau Web of Science.

Berikut pesan Prof. Lee tentang penelitian untuk saya:
Try to find a topic that do not need expensive equipment and not too difficult to perform. Most importantly, the topic must have some novelty; that is, not many people have done it before. Of course, the result must have also some importance in science.
Hal selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menentukan jurnal yang hendak kita kirim. Kalau dahulu saya hanya tahu bahwa untuk menilai tingkat kebagusan jurnal itu diperoleh dari impact factor-nya. Kalau di jurusan saya sendiri, fisika, dosen kami biasanya meminta agar paper referensi yang kami pakai harus berasal dari jurnal yang impact factor-nya minimal 2. Nah, sekarang saya sudah belajar lagi dari Pak Saharman Gea, dosen kimia USU, tentang quartile (Q) pada jurnal, ada Q1, Q2, Q3, dan Q4, dimana Q1 adalah jurnal yang berkualitas paling tinggi (Indeks Scopus). Jika kita sudah menerbitkan minimal dua jurnal yang terindeks Scopus, maka kita akan mendapatkan ID Scopus dan mulai memiliki reputasi di dunia ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, kita sebaiknya selalu mencari jurnal yang ter-indeks Scopus dengan cara membuka website: scimagojr.com.

Satu hal yang perlu saya informasikan adalah bahwa untuk dapat mem-publish paper kita, maka kita akan dikenai 'publication charge' alias kita harus bayar ke jurnal yang bersangkutan. Jadi, penerbitan paper tidak seperti penerbitan cerpen atau artikel ke koran yang justru kita yang mendapat bayaran jika dimuat. Untuk jurnal terindeks Scopus sendiri, biasanya akan lebih mahal dibandingkan jurnal dengan indeks lain, dan juga bergantung kepada Q-nya, artinya Q1 akan lebih mahal dibanding Q4. Ada juga beberapa jurnal yang gratis, tetapi proses review dan lain-lainnya akan lama (hal ini berdasarkan pengalaman Pak Gea). Jadi, sebelum menentukan mau ke jurnal mana, kita juga harus memperhatikan masalah biaya juga. Berapa biasanya? Sejauh yang saya tahu sekitar 3 jutaan ke atas, bahkan untuk Q1 bisa sampai puluhan juta.
  
Jika kita sudah menentukan jurnal yang hendak kita tuju, kita bisa langsung menuju website jurnal tersebut. Prof. Lee saat itu sudah menentukan jurnalnya, yaitu APL-Materials, jadi beliau meminta saya untuk membongkar website jurnal dan menemukan kriteria jurnal tersebut. Satu hal yang beliau katakan perlu dilihat adalah 'scope' jurnal tersebut, apakah penelitian kita sesuai dengan tema yang ingin disampaikan jurnal tersebut. Kalau sudah pas, maka kita dapat langsung ke bagian 'author guidelines', 'for author', 'submission', atau sejenisnya dan mencoba menemukan berapa kata, gambar, dan tabel yang dapat kita masukkan ke paper kita. Saat itu, jumlah kata yang ditawarkan sangat sedikit (3000 kata kalau tidak salah), sehingga Prof.Lee mengatakan bahwa dalam menuliskannya kita harus benar-benar teliti hingga paper kita benar-benar singkat, padat, dan jelas.  

Berhubung saya tidak mempunyai banyak pengalaman dalam menulis paper yang benar-benar akan diterbitkan, maka Prof.Lee mengatakan bagian 'Introduction' akan ditulis olehnya sendiri, sedangkan saya kebagian membuat 'method', 'results', dan 'conclusion'. Beliau mengatakan, bagian 'Introduction' itu sangat penting karena pada bagian itulah kita 'menjual' tulisan kita. Pada bagian 'Introduction' kita harus menjelaskan secara jelas latar belakang penelitian kita, menyebutkan penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan, membandingkannya, hingga mengutarakan tujuan dan signifikansi penelitian kita-apa saja keunggulan penelitian kita dibanding yang lain. Walaupun demikian, beliau tetap meminta saya juga untuk menuliskan apa yang ingin saya sampaikan di 'Introduction'. 

Selanjutnya, dalam menyajikan data dalam bentuk grafik atau gambar, Prof. Lee adalah orang yang sangat teliti dalam hal tersebut. Biasanya satu grafik akan memakan waktu yang lama dalam proses pembuatannya, meliputi kesesuaian ukuran font, tebalnya garis, letak caption, dan lain sebagainya. Untuk grafik memang kebanyakan jurnal menyebutkan syarat agar tebal garisnya minimal 1.5 point. Biasanya kami akan menggambarkannya di software 'Origin' untuk grafik seperti yang telah saya sebutkan di atas. Satu hal yang juga perlu diperhatikan adalah jika kita ingin memasukkan suatu ilustrasi ke jurnal kita, maka sebaiknya ilustrasi yang kita masukkan adalah hasil gambar kita sendiri, bukan hasil meng-copy dari jurnal lain, dan jika kita ingin meng-copy dari jurnal lain kita harus meminta izin dari penulis jurnal tersebut. Biasanya saya akan menggunakan Ms.Power Point dan Ms.Visio untuk menggambarkan ilustrasi-ilustrasi karena lebih gampang pengerjaannya (Disimpan dalam format .TIF atau .JPEG) . Software lain seperti Photoshop dan Corel Draw sebenarnya juga sangat baik untuk menggambarkan ilustrasi, tetapi butuh keahlian khusus untuk kedua software tersebut.

Untuk penulisan 'Result dan Discussion', beliau meminta saya untuk tidak hanya menuliskan apa yang terekam dalam grafik, gambar, atau tabel saja, tetapi juga untuk mendiskusikan perhitungan, teori-teori yang berkaitan, dan juga membandingkannya dengan hasil-hasil penelitian lain yang berhubungan sehingga tulisan yang dihasilkan memberikan kontribusi yang besar bagi dunia penelitian.

Nah, setelah semuanya rampung, tulisan tersebut pun dibuat menjadi manuskrip yang formatnya mengikuti format jurnal yang bersangkutan. Format tersebut dapat kita lihat pada website jurnal tersebut. Akhirnya, manuskrip kita dapat di-submit (dapat melalui email, platform khusus, atau langsung dari website jurnal; semua bergantung pada jurnal yang hendak kita masuki). Selanjutnya, kita harus menunggu jawaban dari jurnal tersebut. Waktu review dari masing-masing jurnal itu berbeda-beda, biasanya 1-3 bulan, karena jurnal tersebut menerima banyak paper dari seluruh penjuru dunia sehingga kita memang harus sabar dalam menunggunya.

Berdasarkan pengalaman ketika kami memasukkan paper ke APL-Materials, kami submit pada tanggal 3 September 2016, selanjutnya tanggal 14 Oktober 2016 sudah di-accept (setelah juga mengalami penambahan data pola difraksi). Lalu, tanggal 28 Oktober 2016, keluar proof approval nya dan di-publish. Paper tersebut cepat di-accept karena memang hal yang kami teliti adalah hal terbaru yang belum pernah diteliti orang lain sebelumnya, yaitu menjadikan NaSbS2 sebagai sensitizer pada sel surya jenis QD-SSCs. Disinilah pentingnya 'novelty' penelitian karena hal tersebut membuat penelitian kita sangat diminati oleh jurnal-jurnal untuk dipublikasi. Untuk dapat membaca paper kami bisa di-download di sini.

Sekarang Prof. Lee juga sedang memasukkan paper lanjutan dari NaSbS2 tersebut ke jurnal lain, tetapi proses review-nya lama (2 bulan) dan setelah revisi, sekarang masih dalam tahap review kembali.

Saya juga mendapat pengalaman yang sangat banyak dengan bergabung ke grup penelitian Bapak Saharman Gea yang sekarang menjabat sebagai Wakil Dekan III MIPA. Beliau kerap mengadakan workshop dan seminar tentang penulisan paper. Bahkan, sekarang saya juga bekerja dengan beliau dalam membantu orang-orang mempublikasi penelitian mereka di Mutiara Talenta Publisher



Comments