Skip to main content

The Trip: 5 hari menjelajah Malaysia (Sepang-Melaka)

Sudah lebih dari berbulan-bulan yang lalu terbesit keinginan untuk bersilaturrahim ke Selangor, Malaysia, ke tempat wawak-ku. Dan akhirnya kesempatan itu datang pada akhir  bulan Februari, 27 Februari hingga 3 Maret 2017.

Good Morning dari Sepang, Malaysia
Aku pun mulai sibuk mempersiapkan keberangkatan aku dan ibuku, mulai dari pembelian tiket sampai booking hotel. Alhamdulillah, berkat adanya koneksi internet yang mencukupi, semua kebutuhan kami pun tercapai. Untuk pesawat, aku mencari penerbangan promo dari AIRASIA, awalnya harga tiket ke Kuala Lumpur: 325K IDR, tetapi karena belum pasti berangkat, jadi belum kubeli, ternyata seminggu kemudian harga tiket menjadi 409K IDR. Awalnya aku takut harga tidak akan turun lagi, namun karena waktu rencana keberangkatan masih 2 minggu lagi, aku pun menunggu hingga tiket turun. Akhirnya tepat seminggu sebelum keberangkatan harga turun menjadi 300K IDR, langsung deh aku booking dari website maskapainya dan bayar di Indomaret, oh ya, saat itu aku beruntung karena ada promo hadiah coklat Cadbury dari Indomaret bagi yang membayar tiket pesawat.

Masalah lain ternyata muncul, yaitu kami menghendaki kepulangan dari Penang, sehingga pembelian tiket harus one way Kualanamu - Kuala Lumpur dan Penang-Kualanamu. Untuk tiket KNO-KLIA tidak ada masalah karena pembayaran dalam Rupiah. Namun, dari PEN-KNO pembayaran tidak tersedia dalam Rupiah sedangkan aku tak memiliki kartu debit/kredit, sehingga aku pun harus mencari pembelian tiket melalui agen tiket online. Setelah membandingkan harga asli dengan harga di agen online, akhirnya aku mendapati Airpaz. Harga tiket pulang 183K IDR. Cerita lebih jelas untuk booking tiket online tersedia di sini.

Setelah pembelian tiket selesai, aku pun mulai mencari hotel yang dekat dengan tempat jalan-jalan di booking.com. Masalah juga muncul akibat tidak memiliki kartu kredit/debit. Namun, ternyata ada juga hotel yang menyediakan jasa-jasa booking tanpa perlu kedua kartu tersebut dan juga free cancelation. Akhirnya setelah mencari beberapa lama aku pun menemukan hotel-hotel yang jaraknya dekat dengan tempat wisata, murah, dan bayar di tempat, yaitu: EV World Hotel Warisan di Sepang, Three Little Bird Homestay di Melaka, dan Malabar Inn di Penang. Ketiga hotel tersebut cukup murah.

Sesampainya di bandara Malaysia, aku pun segera mencari tempat penjualan kartu perdana untuk Handphone yang menyediakan kuota internet, ada beberapa jenis kartu yang utama, yaitu 'digi' dan 'hotlink'. Aku pun memilih 'hotlink' karena lebih murah menurutku, 30 RM untuk 5 gigabyte, lebih dari cukup untuk 5 hari kedepan. Penjualnya pun langsung memasangkan di handphone dan memberi beberapa petunjuk. Dengan adanya kuota internet ini, aku pun berani untuk berkeliling Malaysia tanpa pemandu, google maps dan orang lokal pasti akan membantu. Apalagi bahasa Malaysia dan Indonesia hampir sama, masih sama-sama berbahasa melayu. 

Satu lagi kepentingan koneksi internet adalah untuk pemesanan Taksi melalui aplikasi Uber. Bagi teman-teman yang ingin berkeliling Malaysia, kusarankan untuk memasang aplikasi ini sekaligus mendaftarkan nomor Malaysia yang dibeli di bandara (sekalian kartu internet) karena Uber merupakan taxi yang paling murah di Malaysia. Kerajaan Malaysia sendiri telah membeli sebagian saham dari Uber karena melihat pasar yang sangat besar di Malaysia (info dari bapak pengemudi Uber yang kami tumpangi). Proses pembelian saham itu dilakukan Kerajaan Malaysia karena ingin meningkatkan ekonomi masyarakatnya sendiri, istilah lainya: dari rakyat dan untuk rakyat. Benar-benar keren ya pemerintahannya, memperhatikan masyarakatnya sedemikian rupa. Bagaimana dengan kita? Mungkin kita memperhatikan sesama kita saja dulu ya, :). Balik lagi ke masalah taksi, sebenarnya Grab juga ada, tetapi harganya lebih mahal dibanding Uber. Apalagi taksi biasa, mereka biasanya memasang tarif sesuai keinginan mereka saja tanpa argo yang jelas, jadi jauh lebih mahal. 

Baiklah, kembali ke perjalanan kami. Selepas membeli kartu perdana, kami pun melanjutkan perjalanan ke gerbang keluar. Ternyata, wawak-ku telah menunggu bersama anaknya, dan kami pun berlanjut dengan cipika-cipiki sebentar, bertukar kabar, sebelum akhirnya menuju rumah wawak-ku itu dengan mobil pribadi mereka. Mereka sangat baik dan ramah serta benar-benar menjamu tamu. 

Sebenarnya wawak-ku meminta kami untuk menginap di rumahnya, tetapi karena kami telah mem-booking hotel dan tidak bisa lagi di-cancel akhirnya kami pun diantarkan oleh mereka ke hotel tersebut (sebenarnya mereka agak kecewa, maafkan kami, wak...:(..). Hotelnya ternyata masih baru dan terletak di daerah pertokoan yang masih dibangun.

Sesampainya di hotel, ibuku merasa lapar kembali dan akhirnya kami pun berniat keluar mencari makanan berupa nasi. Tapi, dimanakah akan kami temukan kedai nasi pada malam hari begini? Aku pun bertanya pada administrasi hotel, dia mengatakan bahwa restoran terdekat yang masih buka adalah hanya McDonald dan kemungkinan tidak ada nasi di McDonald. Memang, hanya KFC dan McDonald di Indonesia saja yang menjual nasi, di negara luar Indonesia, mereka tak akan menjual nasi. Wah, ternyata orang Indonesia benar-benar tidak bisa lepas ya dari nasi. Baiklah, singkat cerita kami pun keluar mencari makanan. Berikut ini penampilan hotel dari luar.

Hotel yang kami tumpangi di Sepang
Akhirnya, kami pun berjalan melintasi pertokoan yang masih sedang dibangun dan sangat sepi. Di pinggir toko kulihat ada banyak lelaki-lelaki India yang sedang rehat. Sebenarnya, aku cukup takut melintasi daerah gelap tersebut, tetapi dengan berbekal doa akhirnya kami sampai juga di daerah McDonald, ada juga toko 7/11 di daerah itu. Sebenarnya kekhawatiranku itu mungkin terlalu berlebihan. Untungnya, masih ada bubur ayam yang berbahan dasar beras juga di McDonald tersebut, dengan tanpa segan kami pun langsung membelinya.
Mentong, :)
 Penampakan kamar di EV World Hotel Warisan
Malam pun kami habiskan di kamar hotel yang nyaman. Paginya, sarapan berupa mie telah tersedia beserta beberapa makanan lainnya. Beberapa bule terlihat duduk menikmati sarapan mereka di cafetaria hotel tersebut. Aku dan ibuku memilih untuk menikmati sarapan di bagian luar hotel, udara masih segar dan langit masih gelap, padahal saat itu sudah jam 7! Perbedaan waktu itu yang membuat kami cukup terkejut ketika melangkahkan kaki ke luar. Dari kejauhan kulihat pemandangan yang cukup menarik hingga aku pun meluangkan beberapa menit untuk berfoto ria.

Review untuk hotelnya sendiri, sepertinya hotel ini masih tergolong baru, kamarnya nyaman dan bersih, sarapannya pun bagus (ada banyak pilihan makanan tersedia), pegawainya juga ramah-tamah, fasilitas cukup ok (tetapi saat itu belum disediakan sikat gigi kecil) dan harganya juga tidak begitu mahal (kamar 2 orang: 79,10 RM, 6% pajak, dan 10% servis). Kekurangannya mungkin transportasi umum yang menuju hotel ini agak jarang karena dibangun di daerah pertokoan yang masih sangat baru, tetapi kita dapat menuju kesana dengan airport shuttle atau taksi (rekomendasi: Uber)

Jepretan pada jam 7 pagi, kok masih gelap? jetlag
Pagi ini, anak wawak-ku akan menjemput kami dan mengantarkan kami ke kantin abangnya yang menjual sarapan pagi. Pilihanku saat itu adalah roti cane dengan kuah dari kacang kedelai, nikmat sekali. Sarapan di Malaysia hampir sama dengan di Indonesia, ada lontong, nasi lemak (nasi gurih), juga nasi campur. Harganya juga hampir sama dengan di Indonesia (Medan). Jadi, tidak membuat kantong bolong.

Kedai sarapan pagi
Salah satu sarapan yang jarang kudapat di Medan, roti cane plus saus kedelai
Wawak-ku yang sangat baik dan merupakan orang Malaysia asli pun mengantarkan kami berjalan-jalan ke daerah sekitar Melaka. Kami singgah ke beberapa tempat pariwisata, seperti Taman Buaya, Museum Madu, dan Melaka Wonderland.

Untuk taman buaya, kami tidak masuk ke dalam karena harga tiket cukup mahal, 10RM. Jadi kami hanya berfoto-foto di luar saja.
Ternyata Taman Buaya ini sudah berdiri sejak 1987

Foto bersama di depan Taman Buaya
Destinasi selanjutnya: Museum Madu. Suatu tempat yang sangat menarik untuk diamati dan mungkin dapat dicontoh suatu saat untuk dibuat di Kota Medan. Museum ini sebenarnya disediakan untuk menjual hasil madu Malaysia. Namun, alih-alih membuat toko yang biasa saja, mereka mendesainnya menjadi seperti bentuk museum. Pada bagian luar kita dapat melihat berbagai macam sarang dari jenis lebah yang berbeda. Pada bagian dalam juga mereka menyediakan sarana pengetahuan tentang madu dan lebah yang tersedia pada berbagai poster dan pajangan. Mereka juga menyediakan contoh jenis madu yang dihasilkan dan kita dapat menikmatinya secara gratis. Jika kita berminat membeli, kita bisa mendatangi gerainya. Saat itu aku membeli sabun madu.

Hiasan artistik di bagian depan museum

contoh sarang-sarang lebah (ternyata lebah penghasil madu ada banyak jenisnya)

Coba Gratis!! Berbagai madu dengan berbagai pilihan rasa

Bagian dalam musem yang mengedukasi, jadi selain bisa membeli juga bisa mendapatkan ilmu!!

Pintu masuk museum
Perjalanan selanjutnya adalah singgah ke halaman Melaka Wonderland!! Seperti yang telah kusebutkan di postingan sebelumnya, Malaysia merupakan salah satu negara yang sangat menghargai tanahnya, sekecil apapun area yang tersedia akan mereka manfaatkan untuk perkembangan pariwisatanya. Demikian juga dengan daerah ini, di lataran parkir mobil Melaka Wonderland tersedia taman kecil yang dihiasi dengan berbagai macam patung dinosaurus dan fosilnya, tersedia juga papan ilmu yang menceritakan secara singkat mengenai dinosaurus-dinosaurus tersebut. Dan yang paling penting, it is for free, alias gratongan ( I love it). Artistik dan mengedukasi (mungkin dapat kita contoh, :) ).
Taman kecil tempat dinosaurus jadi-jadian

Fosil-fosil yang dapat diamati

What are you doing, dude? :)
Hikmah dari perjalanan ini: bersilaturrahim memang diperlukan; Disini aku benar-benar merasakan budaya Melayu-Islam yang sesungguhnya: Kebaikan hati dan penjamuan tamu yang sangat baik. Hal yang patut kucontoh.

Next Journey: Melaka

Comments