Pagi-pagi sekali aku dan ibuku telah bersiap-siap untuk berwisata di Kota Melaka. Untungnya letak homestay yang kami tempati berada di daerah yang cukup strategis, walaupun tidak tepat di daerah Jonker Street. Jaraknya kira-kira hanya sekitar 500 meter dari Jonker Street. Untuk menyiapkan tenaga, kami pun sarapan roti dan cracker yang tersedia di homestay tersebut, ditemani dengan secangkir besar teh manis hangat. Cukup nikmat rasanya, apalagi homestay tersebut memang di-design serupa rumah sendiri. Ternyata si cewek Polandia tersebut sedang melakukan yoga di ruang tamu hingga kami pun segera keluar dari pintu depan dengan pelan-pelan. Selagi sepi, aku pun sempat berfoto ria di bagian taman homestay.
Sebenarnya tujuan utama kami adalah warung yang menjual sarapan, sayangnya di sekitar daerah tersebut ternyata tidak ada. Seingatku, pada kunjungan pertama ke Melaka aku dapat menikmati sarapan khas Indonesia di suatu daerah yang bernama Dataran Pahlawan. Kami pun memutuskan untuk menjadikan daerah tersebut sebagai tujuan utama. Walaupun di perjalanan nantinya kami harus tetap celingukan mencari warung nasi.
|
Salah satu sudut sungai Melaka |
|
Tulisan Karakter Mandarin di salah satu dinding bangunan yang menawan |
|
Pemandangan lain sungai Melaka |
Beruntung sekali malam sebelumnya aku telah menelusuri daerah Jonker, sehingga kami tak perlu tersasar lagi mencari arah. Aku melihat adanya perkembangan yang dilakukan pemerintah setempat terkait dengan wisata di Melaka, yaitu disediakannya suatu tulisan besar yang instagramable dimana para turis dapat berfoto di tempat tersebut demi keeksisan mereka. Berikut ini contohnya,
|
Tempat yang instagramable untuk berfoto |
Pemerintahnya ternyata benar-benar kreatif mengikuti perkembangan zaman. Mungkin hal ini dapat kita contoh di kemudian hari, jadi
saved first.
Aku juga sempat bertanya-tanya tentang apa sih sebenarnya keunikan dan sejarah yang terkandung di Jonker Street ini. Sehingga dengan sigap Google di handphone-ku pun beraksi. Ternyata Jonker Street yang berada di Jalan Hang Jebat ini merupakan tempat penjualan barang antik yang berdiri sejak 300 tahun yang lalu (sumber:
malaysia.travel). Dan sekarang berpadu lagi dengan berbagai toko souvenir serta makanan sehingga makin menarik minat wisatawan. Bagi teman-teman yang ingin berkunjung kesini enaknya siang hingga sore karena saat malam tiba, jalanan ini sudah sepi dan toko-toko pun sudah banyak yang tutup.
|
Welcome to Melaka |
Selanjutnya, kami mendapati suatu daerah yang bernuansa Eropa dan berwarna merah disana-sini yang ternyata telah dipenuhi turis dari negara-negara Asia Timur. Selidik punya selidik ternyata daerah ini disebut sebagai
Stadhuys yang merupakan Bahasa Belanda untuk
City Hall. Bangunan yang serba merah ini juga dilengkapi dengan sebuah menara jam yang besar dan terletak di Jalan Laksamana, Melaka. Sebenarnya bagi para pencinta sejarah pendidikan dunia, bangunan yang dibangun pada tahun 1650 ini memiliki cerita yang cukup menarik, yaitu bangunan ini pernah dijadikan sebagai tempat belajar untuk para pelajar Malaysia secara gratis, atau dikenal sebagai
Malacca Free School. Hal tersebut terjadi pada awal abad ke-19, pada saat masa pendudukan Inggris. Pada saat itu memang pemerintahan Inggris menyadari pentingnya mendirikan sekolah Inggris di Malacca. Bahasa pengantar pada sekolah ini yaitu Bahasa Inggris, namun berbagai bahasa lain juga dipelajari, seperti Bahasa Melayu, Bahasa Cina, dan Bahasa Portugis. Hanya saja pada masa itu memang kebanyakan para pelajarnya bukan dari Pelajar Melayu karena orangtua Bangsa Melayu banyak yang memasukkan anaknya ke sekolah Melayu atau Sekolah Islam. Pada tahun 1878 pun sekolah tersebut diganti namanya menjadi
Malacca High School. Sekarang bangunan merah yang pernah menjadi sekolah itu dijadikan museum sejarah dan etnografi (sumber:
Situs Pemerintah Malaysia).
|
Salah satu toko souvenir yang unik |
Akhirnya, warung makan yang kami cari pun berhasil kami temukan. Letaknya di bagian bawah Dataran Pahlawan, ada banyak warung makan disana. Kami memilih warung makan Minang Maimbau (artinya Minang Memanggil). Nikmat sekali rasa makanan disana dan juga cukup murah, kami hanya menghabiskan sekira 11 RM untuk makan pagi dan siang dua orang, aku dan ibuku.
|
Ini dia bangunan Mall Dataran Pahlawan |
|
Lapangan hijau di bagian samping Dataran Pahlawan Mall memang indah |
Setelah merasa kenyang, kami mampir sebentar ke Dataran Pahlawan untuk foto-foto. Tempat shopping yang besar ini (Dataran Pahlawan Melaka Megamall) memang suatu tempat yang cocok bagi para pencinta belanja, aku sendiri tidak pernah masuk ke dalamnya karena memang kurang suka belanja (sebenarnya karena tidak mempunyai cukup uang untuk berbelanja,:b). Namun, bagian dataran rumput yang hijau di bagian luarnya bagiku sangat memikat sehingga menurutku daerah ini
recommended untuk didatangi jika teman-teman berwisata ke Melaka.
Comments
Post a Comment