Skip to main content

The Trip: 5 Hari Mengelilingi Malaysia (Melaka-II)

Pagi-pagi sekali aku dan ibuku telah bersiap-siap untuk berwisata di Kota Melaka. Untungnya letak homestay yang kami tempati berada di daerah yang cukup strategis, walaupun tidak tepat di daerah Jonker Street. Jaraknya kira-kira hanya sekitar 500 meter dari Jonker Street. Untuk menyiapkan tenaga, kami pun sarapan roti dan cracker yang tersedia di homestay tersebut, ditemani dengan secangkir besar teh manis hangat. Cukup nikmat rasanya, apalagi homestay tersebut memang di-design serupa rumah sendiri. Ternyata si cewek Polandia tersebut sedang melakukan yoga di ruang tamu hingga kami pun segera keluar dari pintu depan dengan pelan-pelan. Selagi sepi, aku pun sempat berfoto ria di bagian taman homestay.

Sebenarnya tujuan utama kami adalah warung yang menjual sarapan, sayangnya di sekitar daerah tersebut ternyata tidak ada. Seingatku, pada kunjungan pertama ke Melaka aku dapat menikmati sarapan khas Indonesia di suatu daerah yang bernama Dataran Pahlawan. Kami pun memutuskan untuk menjadikan daerah tersebut sebagai tujuan utama. Walaupun di perjalanan nantinya kami harus tetap celingukan mencari warung nasi.

Salah satu sudut sungai Melaka

Tulisan Karakter Mandarin di salah satu dinding bangunan yang menawan
Pemandangan lain sungai Melaka
Beruntung sekali malam sebelumnya aku telah menelusuri daerah Jonker, sehingga kami tak perlu tersasar lagi mencari arah. Aku melihat adanya perkembangan yang dilakukan pemerintah setempat terkait dengan wisata di Melaka, yaitu disediakannya suatu tulisan besar yang instagramable dimana para turis dapat berfoto di tempat tersebut demi keeksisan mereka. Berikut ini contohnya,

Tempat yang instagramable untuk berfoto 
Pemerintahnya ternyata benar-benar kreatif mengikuti perkembangan zaman. Mungkin hal ini dapat kita contoh di kemudian hari, jadi saved first

Aku juga sempat bertanya-tanya tentang apa sih sebenarnya keunikan dan sejarah yang terkandung di Jonker Street ini. Sehingga dengan sigap Google di handphone-ku pun beraksi. Ternyata Jonker Street yang berada di Jalan Hang Jebat ini merupakan tempat penjualan barang antik yang berdiri sejak 300 tahun yang lalu (sumber: malaysia.travel). Dan sekarang berpadu lagi dengan berbagai toko souvenir serta makanan sehingga makin menarik minat wisatawan. Bagi teman-teman yang ingin berkunjung kesini enaknya siang hingga sore karena saat malam tiba, jalanan ini sudah sepi dan toko-toko pun sudah banyak yang tutup. 
Welcome to Melaka
Selanjutnya, kami mendapati suatu daerah yang bernuansa Eropa dan berwarna merah disana-sini yang ternyata telah dipenuhi turis dari negara-negara Asia Timur. Selidik punya selidik ternyata daerah ini disebut sebagai Stadhuys yang merupakan Bahasa Belanda untuk City Hall. Bangunan yang serba merah ini juga dilengkapi dengan sebuah menara jam yang besar dan terletak di Jalan Laksamana, Melaka. Sebenarnya bagi para pencinta sejarah pendidikan dunia, bangunan yang dibangun pada tahun 1650 ini memiliki cerita yang cukup menarik, yaitu bangunan ini pernah dijadikan sebagai tempat belajar untuk para pelajar Malaysia secara gratis, atau dikenal sebagai Malacca Free School. Hal tersebut terjadi pada awal abad ke-19, pada saat masa pendudukan Inggris. Pada saat itu memang pemerintahan Inggris menyadari pentingnya mendirikan sekolah Inggris di Malacca. Bahasa pengantar pada sekolah ini yaitu Bahasa Inggris, namun berbagai bahasa lain juga dipelajari, seperti Bahasa Melayu, Bahasa Cina, dan Bahasa Portugis. Hanya saja pada masa itu memang kebanyakan para pelajarnya bukan dari Pelajar Melayu karena orangtua Bangsa Melayu banyak yang memasukkan anaknya ke sekolah Melayu atau Sekolah Islam. Pada tahun 1878 pun sekolah tersebut diganti namanya menjadi Malacca High School. Sekarang bangunan merah yang pernah menjadi sekolah itu dijadikan museum sejarah dan etnografi (sumber: Situs Pemerintah Malaysia). 
Stadhuys di Melaka

Petunjuk arah di Stadhuys
Icon baru yang instagramable juga; Ngantri kalau mau berfoto.
Warung nasi belum juga kelihatan, kami pun melanjutkan perjalanan di sepanjang jalur yang dipenuhi museum di bagian kiri-kanannya. Melaka memang tempat yang bagus bagi para pencinta sejarah dunia (sambil juga bisa foto-foto). Karena masih pagi kebanyakan museum belum dibuka sehingga kami tetap melanjutkan perjalanan.

Salah satu toko souvenir yang unik
Akhirnya, warung makan yang kami cari pun berhasil kami temukan. Letaknya di bagian bawah Dataran Pahlawan, ada banyak warung makan disana. Kami memilih warung makan Minang Maimbau (artinya Minang Memanggil). Nikmat sekali rasa makanan disana dan juga cukup murah, kami hanya menghabiskan sekira 11 RM untuk makan pagi dan siang dua orang, aku dan ibuku.

Ini dia bangunan Mall Dataran Pahlawan

Lapangan hijau di bagian samping Dataran Pahlawan Mall memang indah
Setelah merasa kenyang, kami mampir sebentar ke Dataran Pahlawan untuk foto-foto. Tempat shopping yang besar ini (Dataran Pahlawan Melaka Megamall) memang suatu tempat yang cocok bagi para pencinta belanja, aku sendiri tidak pernah masuk ke dalamnya karena memang kurang suka belanja (sebenarnya karena tidak mempunyai cukup uang untuk berbelanja,:b). Namun, bagian dataran rumput yang hijau di bagian luarnya bagiku sangat memikat sehingga menurutku daerah ini recommended untuk didatangi jika teman-teman berwisata ke Melaka.

Pulangnya, kami singgah di sebuah taman yang sangat teduh yang terletak tepat di sebelah Dataran Pahlawan, yaitu Taman Bandar Hilir. Tamannya sangat teduh, di bagian dalam taman disediakan juga beberapa alat untuk berolahraga ringan. Hal yang juga sangat kukagumi dari tempat ini adalah adanya papan larangan berpacaran di taman; Seperti yang kita ketahui bahwa banyak taman yang dijadikan tempat berpacaran bahkan tempat mesum kala malam. Di bagian pintu masuk taman juga terdapat tanda larangan merokok. Jadi, taman ini pun benar-benar memiliki fungsi taman yang sesungguhnya: Tempat rekreasi hijau dan sehat.

Taman Bandar Hilir yang teduh

Ada alat olahraganya juga

Papan peringatan dilarang berpacaran di taman

No Smoking Here

Keluar dari taman langsung disuguhi pemandangan ini; Edukatif sekali buat anak-anak
Perjalanan pun kami lanjutkan walaupun rintik air hujan mulai turun. Karena rintiknya makin deras, kami segera masuk ke salah satu museum yang sudah lama ingin kukunjungi, yaitu Museum Islam Melaka. Cerita tentang tulisan ini akan dibeberkan di postingan selanjutnya.


Comments