Skip to main content

(Lomba Dunia Maya) Sebuah Kisah Dua Anak Manusia

Oleh: Siti Utari Rahayu
Hari Senin, pukul 11.34 WIB, matahari terus beranjak naik. Aku berjalan di tengah panasnya bumi bersama temanku, Novi. Walaupun sinar matahari belum tepat berada di atas ubun-ubun kepala, tetapi kepalaku sudah terasa sangat panas. Ini tak lain karena asisten laboratorium elektronika dasar yang memberi tugas mencari datasheet dari internet, kendati datasheet itu tak kami pergunakan.
Harus kuakui bahwa dengan semakin berkembangnya teknologi informasi maka semakin mudahnya manusia mencari berbagai informasi, tetapi karena semakin mudah itulah maka asisten laboratorium pun dengan mudahnya membebankan tugas yang kadang tidak sesuai dengan topik praktikum yang seharusnya. Aku sadar bahwa kesalahan ini bukan berasal dari teknologi itu sendiri, melainkan berasal dari manusia-manusia yang dengan semena-mena menyalahgunakannya. Aku dan temanku hanyalah dua manusia dari sekian manusia yang menjadi korban penyalahgunaan interteka(internet dan antek-anteknya).
Kami sudah separuh perjalanan ketika sebuah ide muncul di kepalaku. “Nov, nanti kita chatting, yuk!”
Novi memandangku sejenak kemudian tersenyum. “Tumben Ayu mau,” katanya bernada mengejek, menyebalkan.
“Ya, daripada kita strees, ya nggak?” Aku membujuknya, memang biasanya aku paling benci yang namanya chatting karena bagiku itu hanya membuang-buang waktu saja, tetapi virus-virus keisengan ternyata sudah memasuki pikiranku, terus terang saja kali ini aku tak berdaya untuk menangkalnya.
“Ide bagus, pikiran kita memang jangan terlalu dibebani hal-hal yang berat dan membosankan,” kata Novi sambil tersenyum. Aku tahu dia pasti setuju karena dialah yang sering mengajakku untuk chatting. Oh ya, agar pembaca semua tidak salah paham, yang kumaksud dengan chatting disini bukanlah chatting dengan teman lama dan bertukar kabar melalui Facebook atau YM. Tetapi chatting yang dimaksud adalah chatting di MIRC dengan sembarangan orang yang tak dikenal dengan maksud untuk iseng saja dan menuliskan kalimat-kalimat tak jelas, sungguh pekerjaan konyol dan tak berprikepribadian bukan?
Kami pun memilih-milih warnet(warung internet) yang berada di sepanjang kawasan internet Jalan Jamin Ginting selayaknya pemilihan Indonesia Idol. Kami rela jika harus berjalan di sepanjang kawasan warnet ini untuk mengamati lokasi dan situasi di masing-masing warnet. Hal ini kami lakukan tak lain karena ketakutan kami akan virus-virus dan kelemotan koneksi internet yang sering melanda warnet-warnet di Kota Medan akhir-akhir ini. Akhirnya pilihan kami jatuh kepada RJ Net karena situasi dan lokasinya memang cukup meyakinkan, selain itu menurut pengakuan Rati, seorang teman kami, warnet ini termasuk warnet yang terakreditasi A. Dengan langkah tegap kami pun memasuki warnet itu, menyebutkan nomor bilik yang akan kami tempati, masuk ke dalam bilik dan duduk manis di depan komputer.
Segera setelah penjaga warnet menyalakan koneksi internet di komputer kami, jari-jari kami pun mulai sibuk mengetik kata kunci tugas datasheet pada laman seorang pekerja canggih yang tersohor, Mbah Google. Sekejap muncul laman-laman website yang bersangkutan, semuanya kami coba dan diantara lima laman yang kami buka tak satu pun yang sesuai dengan yang kami cari, sungguh mengenaskan. Kami mulai bosan, stress tepatnya.
“Padahal kan ini tugas abang itu, masak dibebankan kepada kita,” Novi mulai angkat bicara.
“Ya begitulah mereka, suka semena-mena,” aku pun menyambut pendapatnya dengan baik.
“Eh,,chatting aja, yuk!!” Usul Novi
“Oh iya iya, hampir saja kita lupa dengan rencana kita yang kontroversial itu,” jawabku.
Dan dengan lincahnya, Novi segera mengarahkan mouse ke arah shortcut MIRC yang ada di desktop komputer. “Kita buat nama kita apa ya??” Tanya Novi
“Apa ya?? Cewek smart aja!” Jawabku dengan volume 70%.
Syuutt!!” Kata Novi sambil meletakkan jari telunjuknya di depan mulutnya agar aku memelankan suara. “Jangan kuat-kuat, malu,” sambungnya. Aku pun mengangguk cepat.
“Jadi apa kita buat?” Tanyaku sedikit berbisik.
“Cewek manis, eh, nggak usah, cewek…Apa ya??!” Kata Novi lagi.
“Cewek stress aja!”
“Oh, pas sekali!! Cewek stress!!” Kata Novi kemudian, mengakhiri musyawarah kami yang bagiku cukup memenuhi asas-asas musyawarah berdasarkan undang-undang yang berlaku(di dunia per-chatting-an tentunya).
Dengan cepat Novi mulai menuliskan nama samaran kami. Tak lama kemudian, kehadiran kami dalam dunia per-chatting-an itu pun mendapat sambutan hangat dari para penggemar chatting, khususnya para lelaki yang sangat kurang kerjaan sekali (padahal kali ini kami juga dapat dikategorikan sebagai anak manusia yang sangat kurang kerjaan sekali).
“Hai!! Boleh kenalan nggak?” Sapa seorang yang bernama Co_kerenzz.
Bole,” jawaban yang mengenaskan baik dari segi tata bahasa maupun dari segi kesopanan.
Secara garis besar, percakapan kami dengan cowok yang mengaku keren itu adalah sebagai berikut:
Co_kerenzz : Namaku Jaka, kamu??
Ce_streess : Dara
Co_kerenzz : Aku mau curhat nih, boleh nggak??Aku mau tanya gimana ya arti kasih sayang bagi para cewek??
Ce_stress : Bole. Saling Memberi Dan Saling Menerima.
Co_kerenzz : Oh begitu ya, soalnya aku punya pacar yang nggak bisa ngertiin aku. Menurut kamu apa sih yang harus aku lakukan??
Ce_stress : Putuskan aja.
Co_kerenzz : Tapi aku tuch sayang banget sama dia.
Ce_stress : Kala cinta tak bisa dimengerti maka akan ada dua jalan yang dapat diambil, menjadi korbannya atau bersikap tegas dengan mengorbankannya. (Mulai menuliskan hal-hal yang tidak jelas)
Co_kerenzz : Jadi menurut kamu kasih sayang itu apa sih??
Ce_stress : KASIH SAYANG ITU SALING MEMBERI DAN SALING MENERIMA. (Mulai kesal karena mengulang pertanyaan yang sama)
Co_kerenzz : Lalu apa yang harus aku lakukan sama pacarku.
Ce_stress : Putuskan saja. (Kesal dan bosan)
Co_kerenzz : Aku tuch sayang banget sama dia
Ce_stress (Berkata dalam hati) : Ni orang bego banget sih, udah ah nggak usah dipedulikan.
Akhirnya kami memutuskan utuk mencari tugas dulu. Setelah beberapa menit mencari akhirnya kami menemukan dua datasheet, sayangnya masih ada enam datasheet lagi yang harus dicari. Sambil men-download, kami pun mulai lagi membuka MIRC dan menemukan ‘teman baru’ yang mengaku bernama Co­­_manja, sebuah nama yang membosankan. Beginilah percakapan kami:
Co­­_manja : Boleh kenalan nggak??
Ce_streess : Bole.
Co­­_manja : aku Andri, dan Kamu??
Ce_streess : Roro.
Co­­_manja : Wah, nama kamu unik ya?? BTW kamu lagi ada tugas ya??
Ce_streess : Kok tau??
Co­­_manja : Iya dong, makanya kamu stress, ya kan?? Tugasnya tentang apa?? Ada nggak yang bisa aku bantu??(Lebay banget ni orang)
Ce_streess : Hmmm, nggak ada. Soalnya ini adalah tugas yang kritis. Dan nggak ada orang yang bisa melakukannya kecuali orang-orang yang terpilih.
Co­­_manja : Oh, begitu ya. BTW boleh minta nomor kamu??
Kami terdiam sejenak, mau apa orang ini??
“Bagaimana, Yu?” Tanya
Bilang sajalah kita nggak punya nomor handphone, kasih aja nomor asal-asal, bilang kalau nomor handphone nggak ada yang ada nomor rekening listrik, minta bayarin,” jawabku asal.
“Ide bagus,” sambut Novi. Kami pun melanjutkan chatting.
Ce_streess : Mau nomor apa?? Nomor rekening listrik, nomor rekening air, atau nomor rekening PBB??
Co­­_manja : He he, kamu bisa saja. Nomor handphone maksudku, kalau nomor handphone aku: 081396XXXX, soalnya aku lagi jomblo nih. (Jomblo??Emang gue pikirin)
Tiba-tiba Novi menatapku, “Yu, cowok ini sepertinya menyebalkan sekali, kita kasih saja cowok ini nomor handphone asal-asalan, biar dia jera,” katanya.
“Ya sudah terserah asal jangan nomor kita berdua,” jawabku.
Ce_streess : Oh, bolehlah boleh. 085297XXXX.
Novi memandangku, “Nomormu saja, ya!!” Katanya sambil tersenyum licik.
“Jangan!!!” Kataku dengan suara agak deras, tetapi terlambat, Novi sudah menekan tombol enter.
Novi memandangku yang terduduk lesu, bagaimana kalau cowok itu benar-benar menelponku? Dasar Novi!! Seharusnya aku sadar bahwa dia lebih iseng dariku sehingga tugas ketik-mengetik tidak kuserahkan padanya.
“Aduh, Ayu maaf ya, nanti kalau cowok itu menelpon, Ayu abaikan saja, aku tadi tidak tahu mau mengetikkan nomor berapa,” katanya setelah beberapa saat kami terdiam.
Ye lah. Tapi kalau cowok ini menelpon terus-terusan, Novi yang tanggung jawab ya!” Kataku, dia mengangguk setuju. Kami pun kembali melanjutkan chatting
Co­­_manja : Oke deh!! Kapan-kapan aku hubungi kamu ya. Sekarang aku udahan dulu ya, soalnya mau lanjut kerja lagi. Sampai jumpa.
Akhirnya chatting kami dengan Co_manja itu pun selesai, beberapa saat kami beralih mencari tugas. Setelah mendapatkan laman yang dicari dan menunggu download selesai kami pun kembali chatting.
Sebenarnya pada saat itu sangat banyak undangan nge-chat dari para manusia iseng yang ada di MIRC, tetapi entah kenapa kami memilih seseorang yang bernama Co_cool. Mungkin karena ‘teman baru’ kami ini menamakan dirinya cool yang berarti seorang misterius yang berwibawa dan mengesankan, atau mungkin karena manusia iseng yang lain kerap memulai percakapan dengan sekelumit kata bermakna vulgar, atau mungkin juga karena takdir, entahlah.
Lagu “Online”-nya Saykoji berdentum cepat, mengiringi pekerjaan iseng kami, secara umum beginilah percakapan kami dengan Co_cool tersebut:
Co_cool : Boleh kenalan nggak??
Ce_streess : Bole
Co_cool : Aku Adi, Kamu??
Ce_streess : Maya
Co_cool : Kenapa stress??
Ce_streess : Kepingin aja, hehe, lagi ada tugas dari laboratorium.
Co_cool : Oh…Memangnya tugas laboratorium apa??
Ce_streess : Laboratorium yang ngurusin masalah-masalah perlistrikan.
Co_cool : Oh…BTW kalian chatting dimana sih??
Ce_streess : Di sebuah tempat yang antah berantah dalam dunia maya (Kami mengetikkan kata-kata setelah berdiskusi dengan volume suara 50%).
Co_cool : Iya, tapi di warnet mana maksudku.
Ce_streess : Warnet yang berada di pinggir jalan raya, itu lho jalan yang sering dilewati angkot-angkot dan teman-temannya (Ni orang ngapain sih nanya tempat warnetnya segala, mencurigakan)
Co_cool : Udahlah ngaku aja??
Ce_streess : Antah Berantah…(apaan sih??)
Co_cool : Kalian chatting di RJ kan??
Aku Online…Online…Online…Online…Lagu Saykoji terdengar sangat deras bersamaan dengan diamnya aku dan Novi. Wah!!! Kenapa orang ini bisa tahu? Jangan-jangan dia lagi main internet disini juga dengan bilik dekat kami, pasti dia tadi dengar suara kami yang cukup ribut. Gawat!! Bisa rusak reputasi kami sebagai orang-orang dengan akreditasi baik. Novi segera memberi isyarat agar aku dapat tenang, kami pun menenangkan diri dan memulai lagi chatting kami dengan Co_cool itu secara berbisik-bisik.
Ce_streess : RJ?? Apaan tuh?? Nama toko besi ya??
Co_cool : Udahlah ngaku aja!!
Ce_streess : Apanya yang mau diakui kalau memang tidak benar, RJ itu dimana sih??
‘Teman baru’ kami itu tidak menjawab pertanyaan kami dan akhirnya kami tidak lagi chatting dengannya. Kami pun secepatnya mencari sisa tugas, menyimpannya dalam flashdisk, mengakhiri chatting, mematikan komputer, membereskan barang-barang, dan segera menuju meja operator. Lalu kami pun pulang dengan perasaan malu.
Karena kejadian itu aku menjadi jera untuk chatting dengan tujuan iseng dan hari itu adalah hari terakhir aku melakukan perbuatan konyol itu. Demikian juga dengan Novi. Semoga saja ‘teman baru’ kami itu tidak melihat wajah kami pada saat itu dan segera melupakan kejadian itu. Dan yang paling penting semoga saja cowok yang mengaku sebagai Co_manja itu tidak betul-betul menelponku.
Medan, Juni-Juli 2011

Diikutsertakan dalam Lomba Menulis Kisah Nyata Dunia Maya

link: http://liya715.blogspot.com/2011/05/lomba-menulis-kisah-nyata-dunia-maya.html

Comments